Jumat, 5 Februari 2010 | 9:40 WIB
Jakarta - SURYA- DITUDING melakukan malapraktik yang berujung kematian, dua dokter Rumah Sakit Bhakti Kartini, Bekasi Timur, dilaporkan ke Polrestro Bekasi oleh keluarga pasien.
Silviana Demina (40), pasien tersebut, meninggal dunia hari Kamis (4/2).
Menurut suaminya, Noldy Pratasis (33), Silviana meninggal karena tidak mendapat perawatan yang sesuai dengan standar dari pihak rumah sakit. Tindakan medis yang dilakukan bukan membuat istrinya membaik, melainkan lebih parah.
Noldy telah melaporkan kasus yang dia anggap malapraktik itu ke Polrestro Bekasi hari Rabu (3/1), saat istrinya koma. Dia menganggap dua dokter, Hdy dan Arn, tidak memberikan pelayanan medis sesuai standar kepada istrinya.
Warga Taman Wisma Asri RT 04/22, Telukpucung, Bekasi Utara, ini mengatakan, pada 20 Oktober 2009 Silviana mengeluh sakit perut sehingga dibawa ke RS Bhakti Kartini. Setelah seminggu dirawat, ibu empat anak itu menjalani operasi. “Dokter pertama yang menangani awalnya bilang istri saya terkena gangguan usus buntu, tapi menjelang operasi dikatakan istri saya mengalami infeksi usus bernanah dan teroid. Mana yang benar, saya jadi enggak mengerti,” tuturnya.
Seusai dioperasi, Silviana dibawa ke ruang intensive care unit (ICU). Setelah sebulan menjalani perawatan, dia pun diperbolehkan pulang.
Seminggu di rumah, ternyata sakit pada perutnya kambuh. Dia pun dirawat lagi di ruang intermediate seminggu di rumah sakit yang sama sebelum diperbolehkan pulang.
Rupanya beberapa hari di rumah kondisi Silviana tak membaik. Noldy pun mengalihkan perawatan istrinya ke RS Hermina. Seminggu menjalani perawatan di rumah sakit itu, Silviana kembali dirujuk ke RS Bhakti Kartini.
“Operasi kedua di RS Kartini itu tanpa persetujuan saya. Itu ditandatangani pasien sendiri. Sehari sebelum operasi istri saya justru pulang, bukannya istirahat di rumah sakit,” ujar Noldy.
Menurut dia, sampai lebih dari seminggu setelah operasi kedua itu Silviana tak juga sembuh. Selanjutnya dilakukan mediasi antara keluarganya dan pihak RS Bhakti Kartini, ditengahi perwakilan RS Hermina. Sesuai permintaan Silviana, perawatan akhirnya dipindahkan ke RS Mitra Keluarga Bekasi Timur.
“Sebelum istri saya dirujuk ke RS Mitra Keluarga, pihak RS Bhakti Kartini menyatakan secara lisan akan mengganti seluruh biaya perawatan istri saya hingga sembuh. Bukannya sembuh, istri saya justru koma,” ujar Noldy.
Warta Kota yang mendatangi RS Bhakti Kartini, Rabu (3/1), untuk meminta konfirmasi perihal kasus ini hanya ditemui oleh koordinator keamanan bernama Hardi. “Ibu (Direktur, Neneng DN—Red) sedang rapat di luar. Tidak tahu kembali atau tidak. Tinggalkan saja nomor telepon, nanti dihubungi,” tuturnya.
Karena pihak rumah sakit tak kunjung menghubungi, Warta Kota kembali menyambangi RS Bhakti Kartini, Kamis (4/1), dan kembali ditemui Hardi. “Direktur rumah sakit sedang ada seminar di Bandung bersama para kepala bagian. Setelah seminar dilanjutkan dengan raker seminggu,” tuturnya.
Kapolrestro Bekasi Kombes Imam Sugianto membenarkan adanya laporan dari Noldy itu. “Belum bisa disimpulkan malapraktik, karena keluarganya belum selesai dimintai keterangan,” tuturnya saat dihubungi kemarin. Ichwan Chasani/warta kota
http://www.surya.co.id/2010/02/05/dua-dokter-diadukan-ke-polisi.html
Read more ...
Jakarta - SURYA- DITUDING melakukan malapraktik yang berujung kematian, dua dokter Rumah Sakit Bhakti Kartini, Bekasi Timur, dilaporkan ke Polrestro Bekasi oleh keluarga pasien.
Silviana Demina (40), pasien tersebut, meninggal dunia hari Kamis (4/2).
Menurut suaminya, Noldy Pratasis (33), Silviana meninggal karena tidak mendapat perawatan yang sesuai dengan standar dari pihak rumah sakit. Tindakan medis yang dilakukan bukan membuat istrinya membaik, melainkan lebih parah.
Noldy telah melaporkan kasus yang dia anggap malapraktik itu ke Polrestro Bekasi hari Rabu (3/1), saat istrinya koma. Dia menganggap dua dokter, Hdy dan Arn, tidak memberikan pelayanan medis sesuai standar kepada istrinya.
Warga Taman Wisma Asri RT 04/22, Telukpucung, Bekasi Utara, ini mengatakan, pada 20 Oktober 2009 Silviana mengeluh sakit perut sehingga dibawa ke RS Bhakti Kartini. Setelah seminggu dirawat, ibu empat anak itu menjalani operasi. “Dokter pertama yang menangani awalnya bilang istri saya terkena gangguan usus buntu, tapi menjelang operasi dikatakan istri saya mengalami infeksi usus bernanah dan teroid. Mana yang benar, saya jadi enggak mengerti,” tuturnya.
Seusai dioperasi, Silviana dibawa ke ruang intensive care unit (ICU). Setelah sebulan menjalani perawatan, dia pun diperbolehkan pulang.
Seminggu di rumah, ternyata sakit pada perutnya kambuh. Dia pun dirawat lagi di ruang intermediate seminggu di rumah sakit yang sama sebelum diperbolehkan pulang.
Rupanya beberapa hari di rumah kondisi Silviana tak membaik. Noldy pun mengalihkan perawatan istrinya ke RS Hermina. Seminggu menjalani perawatan di rumah sakit itu, Silviana kembali dirujuk ke RS Bhakti Kartini.
“Operasi kedua di RS Kartini itu tanpa persetujuan saya. Itu ditandatangani pasien sendiri. Sehari sebelum operasi istri saya justru pulang, bukannya istirahat di rumah sakit,” ujar Noldy.
Menurut dia, sampai lebih dari seminggu setelah operasi kedua itu Silviana tak juga sembuh. Selanjutnya dilakukan mediasi antara keluarganya dan pihak RS Bhakti Kartini, ditengahi perwakilan RS Hermina. Sesuai permintaan Silviana, perawatan akhirnya dipindahkan ke RS Mitra Keluarga Bekasi Timur.
“Sebelum istri saya dirujuk ke RS Mitra Keluarga, pihak RS Bhakti Kartini menyatakan secara lisan akan mengganti seluruh biaya perawatan istri saya hingga sembuh. Bukannya sembuh, istri saya justru koma,” ujar Noldy.
Warta Kota yang mendatangi RS Bhakti Kartini, Rabu (3/1), untuk meminta konfirmasi perihal kasus ini hanya ditemui oleh koordinator keamanan bernama Hardi. “Ibu (Direktur, Neneng DN—Red) sedang rapat di luar. Tidak tahu kembali atau tidak. Tinggalkan saja nomor telepon, nanti dihubungi,” tuturnya.
Karena pihak rumah sakit tak kunjung menghubungi, Warta Kota kembali menyambangi RS Bhakti Kartini, Kamis (4/1), dan kembali ditemui Hardi. “Direktur rumah sakit sedang ada seminar di Bandung bersama para kepala bagian. Setelah seminar dilanjutkan dengan raker seminggu,” tuturnya.
Kapolrestro Bekasi Kombes Imam Sugianto membenarkan adanya laporan dari Noldy itu. “Belum bisa disimpulkan malapraktik, karena keluarganya belum selesai dimintai keterangan,” tuturnya saat dihubungi kemarin. Ichwan Chasani/warta kota
http://www.surya.co.id/2010/02/05/dua-dokter-diadukan-ke-polisi.html