IKLAN BULAN INI

Showing posts with label Medicine. Show all posts
Showing posts with label Medicine. Show all posts

Monday, 24 May 2010

RS Berikan Jamu sebagai Rujukan Obat

Senin, 24 Mei 2010 | 09:01 WIB

JAKARTA, KOMPAS - Tradisi minum jamu untuk kesehatan sudah lama dilakukan sebagian masyarakat. Kini, di setiap rumah sakit umum direkomendasikan untuk menyediakan klinik obat tradisional. Sekarang sudah ada 17 rumah sakit pendidikan yang memberikan pelayanan jamu sebagai rujukan proses pengobatan.

Untuk meningkatkan jumlah dan jenis obat tradisional yang memenuhi persyaratan efikasi dan keamanan, kerja sama penelitian dengan perguruan tinggi dan lembaga penelitian harus diintensifkan.

Demikian terungkap dalam seminar ”Prospek Pengembangan Jamu Menuju Indonesia yang Sehat dan Mandiri: Harapan dan Tantangannya”, Sabtu (22/5) di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Salemba, Jakarta. Tampil sebagai pembicara Prof Dr Sumali Wiryowidagdo, Apt, dari Pusat Studi Obat Bahan Alam FMIPA UI; Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Kesehatan Agus Purwadianto; dan Direktur Utama Sido Muncul Irwan Hidayat. Pembicara kunci adalah Menteri Kesehatan Endang Rahayu Sedyaningsih.

Menkes mengatakan, ”Pasca- pencanangan kebangkitan jamu nasional dua tahun lalu, pemerintah sudah menyiapkan rambu-rambu dan juga sudah menempatkan studi mengenai jamu tradisional di universitas. Sudah ada Program Studi Herbal di Pascasarjana UI,” katanya.

Agus Purwadianto mengatakan, pihaknya akan menyiapkan semua lini agar ada landasan ilmiah bagi jamu sebagai salah satu sarana pengobatan di samping pengobatan farmasi yang sudah ada. (NAL)

http://kesehatan.kompas.com/read/2010/05/24/09014364/RS.Berikan.Jamu.sebagai.Rujukan.Obat
Read more ...

Saturday, 20 February 2010

Obat Tradisional yang Mulai Dilirik

Jumat, 19 Februari 2010 | 15:44 WIB

KOMPAS.com - Beberapa tahun belakangan ini, Indonesia mulai banyak melakukan riset untuk mengetahui manfaat obat-obatan tradisional secara ilmiah. Tak heran, saat ini beberapa obat yang terbuat dari tumbuhan di Indonesia, mulai dilirik dunia internasional. Ini membuktikan kalau pengobatan tradisional tidak kalah ampuhnya dengan pengobatan medis. Berikut beberapa obat tradisional yang sudah diteliti khasiatnya.

1. Mengkudu atasi diabetes dan darah tinggi
Dari hasil penelitian yang dilakukan beberapa tahun terakhi ini, mengkudu memang benar terbukti kemajuannya sebagai obat. Kadar ekstrak buah tersebut dengan dosis tertentu, menunjukkan khasiat buah ini sebagai pemberi efek penurun kadar glukosa darah.

Selain itu, ekstrak buah mengkudu dapat menurunkan tekanan darah yang meninggi sampai relatif normal kembali. Hal ini terbukti melalui pengujian pada manusia, memperlihatkan hasil yang positif. Pada akhir masa pengujian, tekanan darah yang semula 170/110 mmHg turun menjadi 115/80 mmHg setelah 12 minggu masa pengujian.

2. Pare, daun teh dan mengkudu untuk diabetes
Beberapa waktu lalu, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Departemen Farmasi Universitas Indonesia mengumumkan hasil uji pre-klinis obat herbal yang dapat menurunkan kadar gula darah. Ramuan yang terdiri dari mengkudu, Gymnema sylvestre, daun teh dan pare, telah lulus uji pre klinis.

Hasilnya ternyata lebih efektif untuk menurunkan kadar gula darah, dibandingkan dengan glibenklamid (salah satu obat kimia yang umum dan standar digunakan untuk diabetes melitus). Selain itu, juga diuji dan keamanannya untuk penggunaan jangka panjang dan pendek.

3. Kumis kucing untuk batu ginjal
Kumis kucing telah dikenal sebagai salah satu obat tradisional yang banyak digunakan di Indonesia. Ternyata, salah satunya sebagai pengobatan batu ginjal, menurunkan kadar gula darah, rematik, antiradang, dan melancarkan air seni.

Menurut Prof.Dr.Sumali Wiryowidagdo, selaku Kepala Pusat Studi Obat Bahan Alami Universitas Indonesia, tanaman obat seperti kumis kucing sebenarnya layak disebut herba rasional. Hal ini, karena telah dibuktikan selama bertahun-tahun meski secara empiris. Tanaman obat ini, paling tidak telah teruji khasiat, efektivitas dan keamanannya.

4. Sambiloto tingkatkan daya tahan tubuh
Karena kandungannya berkhasiat meningkatkan daya tahan tubuh, sambiloto diyakini mampu menangkal virus HIV/AIDS. Malah, sebuah perusahaan di Amerika Serikat sudah mematenkan tanaman ini. Sayangnya, di Indonesia, tanaman ini terserak di sembarang tempat dan belum digunakan maksimal.

Sambiloto mempunyai kandungan zat yang khas berupa andrographolid dan zat panicoli. Fungsi utamanya sebenarnya untuk meningkatkan daya tahan tubuh. Makanya, di Amerika Serikat, sambiloto sudah dipatenkan sebagai obat penyakit AIDS.

5. Mahkota dewa antitumor
Sejak dulu, tanaman ini sudah dikenal khasiatnya di kalangan Keraton Mangkunegara, Surakarta dan Yogyakarta. Khasiatnya adalah mengobati luka dalam sekaligus obat luar seperti diabetes, lever dan pilek. Dari penelitian ilmiah, buah dan daunnya bisa mengatasi alergi seperti biduren, gatal-gatal, bersin dan sesak napas.

Dalam buku Inventaris Tanaman Obat Indonesia, yang diterbitkan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Depkes, disebutkan bahwa tanaman ini berkhasiat obat anti tumor, obat disentri dan obat sakit kulit.

http://kesehatan.kompas.com/read/2010/02/19/15442751/Obat.Tradisional.yang.Mulai.Dilirik
Read more ...

Triliunan Rupiah Dibelanjakan untuk Obat Ilegal

Sabtu, 20 Februari 2010 | 07:41 WIB

KOMPAS.com — Jerman dan Italia merupakan negara yang penduduknya paling sering membeli obat tanpa resep dokter dan membeli lewat internet atau titip kepada teman yang pergi ke luar negeri. Secara umum, penduduk di negara Eropa diperkirakan menghabiskan 1,5 miliar euro untuk membeli obat ilegal.

Menurut survei, 21 persen dari 14.000 responden di 14 negara Eropa mengatakan mereka membeli obat ilegal, dengan jumlah tertinggi 38 persen di Jerman dan Italia. Sementara itu, 12 dan 10 persen responden di Inggris dan Belanda juga membeli obat ilegal.

Obat penurun berat badan merupakan jenis obat yang paling sering dibeli, dilanjutkan dengan obat flu, obat antiimpotensi, obat untuk berhenti merokok, dan obat penghilang nyeri.

Demikian menurut laporan survei yang disponsori oleh raksasa farmasi, Pfizer. Pfizer merupakan perusahaan farmasi yang obatnya sering dipalsukan, terutama obat anti impotensi, Viagra, dan obat penurun kolesterol, Lipitor.

Obat ilegal sering kali mengandung zat kimia berbahaya. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan bahwa perdagangan obat ilegal lebih banyak terjadi di negara-negara berkembang. Obat ilegal mencakup obat palsu, obat yang standarnya tidak sesuai klaim, dan penyalahgunaan.

Survei yang dilakukan Pfizer ini menuai kritik karena dianggap menciptakan isu untuk meningkatkan profitnya yang tergerus akibat pembelian obat palsu oleh masyarakat. Namun, isu obat palsu ini ditanggapi serius oleh lembaga di Eropa.

Jim Thomson selaku Ketua European Alliance for Acces to Safe Medicine mengatakan bahwa hasil tes yang dilakukan lembaganya menunjukkan 62 persen obat yang dijual secara online adalah palsu atau mengandung kimia berbahaya. "Obat palsu memang membuat industri obat rugi, tapi lebih dari itu adalah meningkatkan biaya kesehatan masyarakat," katanya.

http://kesehatan.kompas.com/read/2010/02/20/0741426/Triliunan.Rupiah.Dibelanjakan.untuk.Obat.Ilegal
Read more ...

Wednesday, 10 February 2010

80 Obat Generik Langka di Kawasan Timur

10/02/2010 - 17:09

INILAH.COM, Jakarta - Sekitar 80 macam obat generik sulit ditemukan di kabupaten/kota pada wilayah timur Indonesia.

"Yang langka kebanyakan obat-obat yang fast moving dan life saving seperti antibiotik injeksi, diazepam, cairan infus, dan sirup untuk anak-anak," kata Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan Sri Indrawaty, di Jakarta, Rabu.

Sri yang menyatakan tidak ingat seluruh rincian daftar obat yang tak tersedia di sebagian wilayah tersebut.

Menurut dia, hal itu terjadi karena harga yang ditetapkan untuk obat-obat generik tersebut tidak menutup kebutuhan biaya produksi.

Ia menambahkan, biaya distribusi obat generik ke berbagai wilayah di kawasan timur yang harus ditanggung produsen dan pedagang besar farmasi, yang 78% di antaranya berada di Pulau Jawa, juga cukup tinggi sehingga mereka enggan memasarkan obat ke sana.

"Karena itu dalam peraturan yang baru pemerintah menaikkan harga obat generik yang sebelumnya di bawah biaya produksi supaya obat-obat tersebut kembali tersedia," katanya.

Melalui Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor HK.03.01/Menkes/146/I/2010 tanggal 27 Januari 2010 tentang harga obat generik, pemerintah menaikkan menaikkan 22 jenis obat generik yang terdiri atas 33 jenis sediaan obat generik.

"Kanaikannya antara 2,8% sampai 30%," katanya.

Pemerintah, kata dia, juga memperbolehkan produsen dan atau pedagang besar farmasi menambahkan biaya distribusi ke dalam harga jual obat dengan mengatur plafon penambahan biaya distribusi berdasarkan wilayah.

Menurut ketentuan itu, PBF yang mendistribusikan obat generik ke daerah regional I termasuk DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, Lampung dan Banten tidak boleh menambahkan biaya distribusi ke harga obat.

PBF yang menyalurkan obat generik ke daerah di regional II yang mencakup Pulau Sumatera, Kepulauan Riau, Kepulauan Bangka Belitung dan Nusa Tenggara Barat dapat menambahkan biaya distribusi maksimum lima persen.

Sementara PBF yang menyalurkan obat generik ke daerah di regional III seperti Nanggroe Aceh Darussalam, Kalimantan, dan Sulawesi dapat menambahkan biaya distribusi maksimal 10 persen.

Untuk distribusi ke daerah di regional IV yang meliputi provinsi Nusa Tenggara Timur, Maluku, Maluku Utara, Papua dan Papua Barat, PBF dapat menambahkan biaya maksimal 20 persen dari harga netto apotek dan pajak pertambahan nilai.

Kebijakan itu, kata dia, diharapkan dapat menjamin pemerataan ketersediaan dan keterjangkauan obat generik essensial di seluruh wilayah Indonesia.

"Tentunya itu akan diawasi, benar dilaksanakan atau tidak," katanya serta menambahkan pemerintah akan memberikan sanksi kepada produsen obat dan pedagang besar farmasi yang tidak mengikuti ketentuan. [*/mor]

http://www.inilah.com/news/read/gaya-hidup/2010/02/10/337332/80-obat-generik-langka-di-kawasan-timur/
Read more ...

Cara Mengetahui Obat Generik

Rabu, 10/02/2010 17:30 WIB

Vera Farah Bararah - detikHealth

Jakarta, Banyak pasien yang mengeluh sudah minta resep obat generik tapi biaya obat yang harus dikeluarkan tetap mahal. Bagaimana cara mengetahui bahwa obat tersebut adalah obat generik?

Pemerintah sendiri menggalakkan pemakaian obat generik karena harga obat generik lebih murah namun tetap memiliki efek atau khasiat yang sama.

"Semakin luas penggunaan obat generik di masyarakat, maka diharapkan nantinya obat generik bisa menjadi barometer yang dapat mempengaruhi harga obat-obatan lain. Karena saat ini kita tahu harga obat terbilang mahal," ujar Dra. Sri Indrawati, Apt. M.Kes, Dirjen Bina farmasi dan Alat Kesehatan Depkes, dalam acara press briefing jamkesmas dan obat generik di gedung Depkes, Jakarta, Rabu (10/2/2010).

Indrawati menuturkan ada beberapa obat generik yang bisa didapatkan langsung di apotek dan juga ada beberapa obat yang harus menggunakan resep dari dokter seperti antibiotik atau obat keras.

Tapi yang pasti masyarakat tak perlu khawatir dengan khasiatnya, karena obat generik tetap memiliki efek yang sama dengan obat lainnya akibat kandungan zat aktif dan cara produksinya sama. Yang membuat harga obat generik murah adalah karena tak perlu mengeluarkan biaya untuk melakukan promosi.

Indrawati memberikan beberapa langkah untuk membedakan antara obat generik atau obat non-generik, yaitu:

1. Obat generik biasanya dijual dengan menggunakan nama kimia atau nama zat aktifnya, misal parasetamol untuk obat sakit kepala atau amoxicillin untuk antibiotik.
2. Terdapat logo obat generik pada kemasan obat tersebut.
3. Kemasan dari obat generik ini sangat sederhana, tidak seperti obat bermerek yang menggunakan kemasan warna warni dan menarik perhatian orang.
4. Pada obat generik biasanya orang sudah langsung tahu apa isi dari obat tersebut, sedangkan pada obat bermerek seseorang harus melihat komposisinya terlebih dahulu.

"Hal terpenting adalah masyarakat harus berani untuk meminta resep obat generik pada dokternya dan tidak perlu merasa khawatir," ujar Indrawati yang mengambil magister kesehatan di UI ini.

Indrawati menjelaskan samapai saat ini belum ada perbedaan kisaran harga yang pasti antara obat generik dengan obat bermerek karena ada yang bedanya sedikit tapi pada beberapa obat perbedaan harga obatnya sangat tinggi.

Tugas lain yang harus dijalankan adalah masyarakat memahami dengan baik bahwa ada obat yang harganya murah dengan kualitas baik atau tidak jelek. Sehingga akan dilakukan pelayanan dan pembinaan pada masyarakat dengan melibatkan bantuan puskesmas atau jasa pelayanan medis lainnya, lewat berbagai media dan juga acara-acara talkshow.

Apotek, rumah sakit dan sarana pelayanan kesehatan lain yang melayani penyaluran obat generik harus menggunakan harga eceran tertinggi (HET) sebagai harga patokan dan dilakukan sesuai dengan undang-undang yang ada. Diharapkan dengan adanya rasionalisasi harga obat ini, maka obat generik bisa tersedia di seluruh pelosok daerah dengan harga yang terjangkau.

Agar produsen farmasi mau mendistribusikan obatnya maka dilakukan regionalisasi daerah dengan harga yang berbeda untuk setiap pembagian regional. Harga ini ditetapkan agar tidak ada obat generik yang harganya di bawah harga produsen.

"Agar produsen farmasi mau menyediakan obat generik ke daerah-daerah pelosok, maka biaya distribusinya berbeda untuk tiap regional. Untuk regional 2 maksimal 2 persen, regional 3 maksimal 10 persen an untuk regional 4 maksimal 20 persen," ujar sekretaris jenderal Depkes dr. Ratna Rosita Hendardji, MPHM .

Pembagian regional ini adalah:
Regional 1: DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jogjakarta, Lampung dan Banten.
Regional 2: wilayah Sumatera dan NTB.
Regional 3: wilayah Kalimantan, Sulawesi dan NAD.
Regional 4: NTT, Maluku, Maluku Utara, Papua dan Papua Barat.

"Karena itu kami melakukan penilaian kembali dan rasionalisasi harga obat generik dengan mengkaji 453 item obat generik, yaitu sebanyak 106 obat generik mengalami penurunan harga, 33 item (sekitar 7 persennya) mengalami kenaikan harga rata-rata sebesar 2,2-3 persen dengan kenaikan tertinggi sebesar 30 persen dan sebanyak 314 obat generik tidak mengalami perubahan harga," ungkap Indrawati.

(ver/ir)

http://health.detik.com/read/2010/02/10/173040/1296960/766/cara-mengetahui-obat-generik
Read more ...

Waspadai Obat Kuat Racikan

Kamis, 11 Februari 2010 | 8:38 WIB

Surabaya - Surya- Anda suka mengonsumsi obat kuat, pegal linu, dan penurun berat badan? Waspadalah, karena di Surabaya dan sekitar saat ini banyak beredar obat-obatan jenis itu yang ternyata isinya hasil racikan home industry milik Andreas, 43, warga Jl Asem Jajar, Surabaya.

Tentu saja obat-obat yang berlabel persis produk asli itu bisa mengancam keselamatan konsumen, karena tidak melalui penelitian maupun pemeriksaan Dinkes. Andreas digerebek polisi, Selasa (9/2) malam. Dari tangan tersangka, jajaran Polwiltabes Surabaya menyita 48 pak obat kuat king cobra kapsul, sembilan pak king cobra serbuk, 10 pak menjangan, dan 37 pak kuat blue magic.

Selain itu juga tujuh pak obat penurun berat badan sexy alami, 13 pak cap long, 24 pak super X, 29 pak casanova, 31 cap Singa. Juga, 19 bungkus bahan baku jamu penambah stamina dan pegal linu yang belum dikemas.

Kasat Reskrim PolwiltabesSurabaya, AKBP Anom Wibowo ,didampingi Kanit Idik V, AKP Hendri Umar menjelaskan, tersangka adalah pemilik UD Anugerah Jaya yang bergerak di bidang jual beli sepatu sandal. Sejak lima bulan lalu, tersangka membuka usaha lain, yakni memperdagangkan barang berupa obat-obatan dan jamu.

Obat yang diperdagangkan itu mulai obat penambah vitalitas laki-laki dan obat diet untuk kaum perempuan. Tersangka tidak memiliki SIUP dan Tanda Daftar Industri (TDI). Dia akan dijerat Pasal 40 Ayat 1 jo Pasal 80 Ayat 4 huruf b UU RI/23/1992 tentang Kesehatan dan Pasal 8 Ayat 1 Huruf a, b, d, g, jo Pasal 62 Ayat 1 jo Pasal 62 Ayat 1 UU RI/8/1999 tentang Perlindungan Konsumen.

Menurut Hendri, obat kuat dan diet yang dijual dan diproduksi tersangka sangat merugikan kesehatan konsumen. Pasalnya, tersangka tidak menggunakan komposisi saat meracik obat atau jamu. “Bisa jadi yang diserang adalah ginjal konsumen atau organ vital lainnya,”tuturnya, Rabu (10/2).

Hendri tak bisa menyebut bahan baku obat. Dia hanya menyatakan bahan baku masih diteliti di laboratorium. Ia mengaku membeli dari seseorang di Taman Bungkul. King cobra, casanova, long, menjangan, super X, blue magic, dan singa dibeli seharga Rp 35.000 isi 10 butir. Barang itu kemudian dijual lagi oleh tersangka Rp 45.000.

Cap Singa dibeli seharga Rp 21.000 dijual Rp 25.000. Sedang obat penurun berat badan sexy alami dibeli seharga Rp 14.500 dijual Rp 16.500. “Saya hanya membeli dan menjual. Darimana barang itu, saya tidak tahu,” tutur tersangka.

“Hak tersangka untuk berdalih. Tapi, kami menduga tersangka akan memproduksi sendiri. Bahan baku dibeli di Jl Panggung dan dikemas dalam bentuk kapsul,” papar AKP Hendri. nmif

http://www.surya.co.id/2010/02/11/waspadai-obat-kuat-racikan.html
Read more ...

Cacing Parasit dalam Obat Diet

Rabu, 10/02/2010 16:00 WIB

Nurul Ulfah - detikHealth

Hongkong, Aneka ragam obat diet terus bermunculan. Baru-baru ini departemen kesehatan Hong Kong memperingatkan bahaya obat pelangsing dari China yang memakai cacing parasit. Cacing yang masuk melalui obat itu dipercaya bisa mengurangi berat badan karena memakan lemak di tubuh.

Orang yang ingin mengurangi berat badannya tak perlu mengurangi jumlah asupan makanannya karena si cacing dalam obat itu yang akan memakannya. Seperti itu kira-kira mekanisme kerja penurun obat penurun berat badan tersebut.

Produsen obat tersebut sengaja menambahkan telur cacing Ascaris ke dalam ramuan obatnya sebagai agen yang bisa mengurangi kelebihan lemak dalam tubuh. Setelah masuk ke dalam usus, cacing Ascaris itu bisa tumbuh hingga mencapai panjang 15 inci atau 38 cm dan bisa menghasilkan 200.000 telur setiap harinya.

Meski bisa mengambil lemak-lemak dalam tubuh, tapi departemen kesehatan Hong Kong menemukan kasus berbahaya akibat konsumsi obat tersebut. Selain mengurangi lemak, obat itu juga bisa menyebabkan sakit perut, mual-mual, diare bahkan kekurangan gizi (malnutrisi).

"Parasit yang masuk dalam tubuh bisa menyebabkan komplikasi usus yang serius bahkan bisa menyerang organ-organ penting lainnya seperti paru-paru," kata perwakilan departemen kesehatan Hongkong seperti dilansir Telegraph, Rabu (10/2/2010).

Cacing Ascaris bisa saja dibasmi dengan obat cacing, tapi jika kondisinya sudah sangat parah dan membahayakan, harus dilakukan operasi untuk mengangkat cacing tersebut dari tubuh.

Bisnis yang berhubungan dengan diet adalah bisnis besar dan laris di Hong Kong. Peningkatan jumlah penderita obesitas dan perubahan pola hidup seperti banyaknya makanan cepat saji, jam kantor yang panjang dan gaya kerja workaholic menjadikan obat penurun berat badan menjadi incaran 7 juta orang di sana.

Selain obat pelangsing berisi cacing, masih banyak obat diet lainnya seperti baju pemicu keringat, suntik pelarutan lemak hingga lilin pembakar lemak

Namun sebelum membeli obat-obat penurun berat badan, sebaiknya konsultasikan dulu ke dokter. Jangan mudah tertipu oleh klaim-klaim menyesatkan dari obat penurun berat badan. Tapi sebagus-bagusnya obat tersebut, masih lebih bagus berolahraga dan mengubah pola makan.(fah/ir)

http://health.detik.com/read/2010/02/10/160011/1296865/763/cacing-parasit-dalam-obat-diet
Read more ...

Monday, 8 February 2010

Aturan Distribusi Obat Generik Diperlonggar

Minggu, 7 Februari 2010 14:59 WIB

Metrotvnews.com, Jakarta: Pemerintah melonggarkan aturan distribusi obat generik dengan memperbolehkan pabrik obat dan atau pedagang besar farmasi (PBF) menambahkan biaya distribusi pada harga obat generik yang disalurkan ke daerah di luar Pulau Jawa dan Bali. Ketentuan baru itu tercantum dalam Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor HK.03.01/Menkes/146/I/2010 tanggal 27 Januari 2010 tentang harga obat generik.

Tapi tetap saja pemerintah mengatur plafon penambahan biaya distribusi berdasarkan wilayah. "PBF dapat menambahkan biaya distribusi maksimal sampai 20 persen dari harga netto apotek dan pajak pertambahan nilai sesuai regionalnya. Tapi harga jual ke konsumen tetap tidak boleh melebihi harga eceran tertinggi yang sudah ditetapkan," kata Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan Sri Indrawaty.

Menurut peraturan baru, PBF yang mendistribusikan obat generik ke daerah regional I termasuk DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, Lampung dan Banten, tidak boleh menambahkan biaya distribusi ke harga obat. Penambahan biaya distribusi hanya diperbolehkan pada penyaluran obat generik ke daerah-daerah yang berada pada regional II, III dan IV.

Untuk regional II mencakup Pulau Sumatra, Kepulauan Riau, Kepulauan Bangka Belitung dan Nusa Tenggara Barat, dapat menambahkan biaya distribusi maksimum lima persen. Sementara untuk di regional III seperti Nanggroe Aceh Darussalam, Kalimantan, dan Sulawesi dapat menambahkan biaya distribusi maksimal 10 persen.

"Untuk distribusi ke daerah di regional IV yang meliputi provinsi Nusa Tenggara Timur, Maluku, Maluku Utara, Papua dan Papua Barat, PBF dapat menambahkan biaya maksimal 20 persen dari harga netto apotek dan pajak pertambahan nilai.

Menurut Sri, kebijakan itu diambil untuk menjamin ketersediaan obat di seluruh wilayah. "Supaya tidak ada lagi yang tidak mau mendistribusikan obat generik ke wilayah tertentu dengan alasan biaya distribusinya terlalu mahal," kata Sri.(Ant/BEY)

http://www.metrotvnews.com/index.php/metromain/news/2010/02/07/10303/Aturan-Distribusi-Obat-Generik-Diperlonggar
Read more ...

Friday, 5 February 2010

Dua Dokter Diadukan ke Polisi

Jumat, 5 Februari 2010 | 9:40 WIB

Jakarta - SURYA- DITUDING melakukan malapraktik yang berujung kematian, dua dokter Rumah Sakit Bhakti Kartini, Bekasi Timur, dilaporkan ke Polrestro Bekasi oleh keluarga pasien.

Silviana Demina (40), pasien tersebut, meninggal dunia hari Kamis (4/2).

Menurut suaminya, Noldy Pratasis (33), Silviana meninggal karena tidak mendapat perawatan yang sesuai dengan standar dari pihak rumah sakit. Tindakan medis yang dilakukan bukan membuat istrinya membaik, melainkan lebih parah.

Noldy telah melaporkan kasus yang dia anggap malapraktik itu ke Polrestro Bekasi hari Rabu (3/1), saat istrinya koma. Dia menganggap dua dokter, Hdy dan Arn, tidak memberikan pelayanan medis sesuai standar kepada istrinya.

Warga Taman Wisma Asri RT 04/22, Telukpucung, Bekasi Utara, ini mengatakan, pada 20 Oktober 2009 Silviana mengeluh sakit perut sehingga dibawa ke RS Bhakti Kartini. Setelah seminggu dirawat, ibu empat anak itu menjalani operasi. “Dokter pertama yang menangani awalnya bilang istri saya terkena gangguan usus buntu, tapi menjelang operasi dikatakan istri saya mengalami infeksi usus bernanah dan teroid. Mana yang benar, saya jadi enggak mengerti,” tuturnya.

Seusai dioperasi, Silviana dibawa ke ruang intensive care unit (ICU). Setelah sebulan menjalani perawatan, dia pun diperbolehkan pulang.

Seminggu di rumah, ternyata sakit pada perutnya kambuh. Dia pun dirawat lagi di ruang intermediate seminggu di rumah sakit yang sama sebelum diperbolehkan pulang.

Rupanya beberapa hari di rumah kondisi Silviana tak membaik. Noldy pun mengalihkan perawatan istrinya ke RS Hermina. Seminggu menjalani perawatan di rumah sakit itu, Silviana kembali dirujuk ke RS Bhakti Kartini.

“Operasi kedua di RS Kartini itu tanpa persetujuan saya. Itu ditandatangani pasien sendiri. Sehari sebelum operasi istri saya justru pulang, bukannya istirahat di rumah sakit,” ujar Noldy.

Menurut dia, sampai lebih dari seminggu setelah operasi kedua itu Silviana tak juga sembuh. Selanjutnya dilakukan mediasi antara keluarganya dan pihak RS Bhakti Kartini, ditengahi perwakilan RS Hermina. Sesuai permintaan Silviana, perawatan akhirnya dipindahkan ke RS Mitra Keluarga Bekasi Timur.

“Sebelum istri saya dirujuk ke RS Mitra Keluarga, pihak RS Bhakti Kartini menyatakan secara lisan akan mengganti seluruh biaya perawatan istri saya hingga sembuh. Bukannya sembuh, istri saya justru koma,” ujar Noldy.

Warta Kota yang mendatangi RS Bhakti Kartini, Rabu (3/1), untuk meminta konfirmasi perihal kasus ini hanya ditemui oleh koordinator keamanan bernama Hardi. “Ibu (Direktur, Neneng DN—Red) sedang rapat di luar. Tidak tahu kembali atau tidak. Tinggalkan saja nomor telepon, nanti dihubungi,” tuturnya.

Karena pihak rumah sakit tak kunjung menghubungi, Warta Kota kembali menyambangi RS Bhakti Kartini, Kamis (4/1), dan kembali ditemui Hardi. “Direktur rumah sakit sedang ada seminar di Bandung bersama para kepala bagian. Setelah seminar dilanjutkan dengan raker seminggu,” tuturnya.

Kapolrestro Bekasi Kombes Imam Sugianto membenarkan adanya laporan dari Noldy itu. “Belum bisa disimpulkan malapraktik, karena keluarganya belum selesai dimintai keterangan,” tuturnya saat dihubungi kemarin. Ichwan Chasani/warta kota

http://www.surya.co.id/2010/02/05/dua-dokter-diadukan-ke-polisi.html
Read more ...

Persaingan Distributor Obat Kian Tajam

Sabtu, 6 Februari 2010 - 9:12 WIB

BANDUNG (Pos Kota) – Persaingan distribusi obat antara Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dengan swasta semakin ketat dan tajam, akibat pertumbuhan usaha distributor swasta yang cenderung tidak terlalu terikat dengan kewajiban sosial, yakni kewajiban memasok obat-obatan ke daerah terpencil dan pulau terluar, dengan pelayanan terbaik dan harga terjangkau, seperti yang diwajibkan kepada BUMN.

Deputi Bidang Usaha dan Jasa Lainnya Kementerian BUMN, Muchayat, di sela-sela Rapat Kerja Nasional BUMN distributor farmasi, Jumat (5/2) di Bandung mengatakan, dari Rp 33 triliun nilai perdagangan farmasi nasional, dalam tahun 2009, sekitar 90 persen, atau lebih dari Rp 30 triliun, dinikmati distributor swasta. BUMN distributor farmasi, yakni PT Indofarma Global Medika, Kimia Farma Trading dan Rajawali Nusindo, hanya menikmati share Rp. 3 triliun.

Menurut Muchayat, ke depan BUMN distributor farmasi harus melakukan langkah-langkah strategis, diantaranya menggunakan jaringan pemasaran secara bersama-sama, baik jaringan dalam negeri, yang dimiliki PT Indofarma Global Medika dan Kimia Farma, maupun jaringan perdagangan internasional yang dimiliki PT Bio Farma, karena memasuki 2010, BUMN distributor farmasi ditargetkan menguasai 20 persen dari perdagangan produk farmasi senilai Rp. 38 triliun.

“Dengan melakukan sinergitas, BUMN distributor farmasi, bisa memperluas penguasaan pasar dan mempertahankan harga, tanpa menurunkan kualitas pelayanan kepada masyarakat,” tegasnya.

Dirut PT Bio Farma Iskandar dan Indofarma Global Medika, Ary Gunawan menyambut baik penggunaan jaringan perdagangan, baik perdagangan dalam negeri, maupun luar negeri, secara bersama-sama. Dengan kekuatan 117 cabang pemasaran dan 1.211 personal di seluruh Indonesia, distribusi farmasi akan semakin merata dan harganya tetap terajngkau, kata kedua petinggi BUMN bidang farmasi ini. (chevy/B)

http://www.poskota.co.id/berita-terkini/2010/02/06/persaingan-distributor-obat-kian-tajam
Read more ...

Perlukah Dokter Meresepkan Obat Semu ke Pasien?

Jumat, 08/01/2010 17:08 WIB

Nurul Ulfah - detikHealth

New York, Obat yang tidak berisi bahan apa-apa atau dikenal dengan obat kosong, semu atau plasebo, kini sedang menjadi tren. Di Amerika, penggunaan obat plasebo meningkat karena terbukti berhasil menangani beberapa penyakit kronis. Dokter pun banyak meresepkan obat semu ini pada pasien.

Obat plasebo berfungsi dengan cara memberikan efek psikologis dan keyakinan untuk sembuh. Efek itu ternyata memiliki kekuatan lebih besar daripada efek bahan-bahan kimiawi dalam obat-obatan sesungguhnya.

Peneliti Amerika pernah sukses menggunakan obat plasebo dalam mengobati beberapa pasien psoriaris. Studi sebelumnya juga pernah menyebutkan bahwa efek plasebo berhasil menyembuhkan pasien lupus. Keberhasilan efek plasebo menangani penyakit psoriaris ini dipublikasikan dalamJournal Psychosomatic Medicine.

Penyakit psoriaris dipilih oleh peneliti sebagai bahan percobaan karena termasuk penyakit kronis yang berhubungan dengan sistem imun dan stres. Psoriaris disebabkan karena tubuh memproduksi sel-sel kulit yang berlebih sehingga kulit cepat mati dan menyebabkan rasa sakit. Penyakit ini menimpa sekitar 4 juta orang Amerika.

"Kami berhasil membuktikan bahwa obat plasebo bisa menangani penyakit psoriaris. Ada kemungkinan obat plasebo juga bisa digunakan untuk mengobati penyakit lainnya terutama yang berhubungan dengan stres," kata Robert Ader, PhD, MD(hc), profesor dari University of Rochester School of Medicine & Dentistry seperti dilansir Blisstree, Jumat (8/1/2010).

Meski demikian, Profesor Ader mengatakan bahwa efek plasebo tidak akan menolong pasien yang sedang dalam kondisi tidak sadar atau mengganti suatu bahan yang tidak dapat diproduksi tubuh. Contohnya, obat plasebo tidak bisa mengobati penyakit diabetes tipe 1 yang kekurangan hormon insulin.

Keberhasilan teknik plasebo dalam menangani penyakit psoriaris membuktikan bahwa obat yang sebenarnya kosong dan tidak mengandung zat kimia apapun bisa menangani penyakit kronis lainnya seperti asma dan multiple sclerosis.

Efek plasebo lebih menekankan faktor psikologis dan keyakinan untuk sembuh. Namun yang harus diperhatikan dalam penggunaan obat plasebo adalah dorongan psikologis yang harus dilakukan terus menerus.

Para peneliti pun setuju bahwa obat plasebo punya beberapa keuntungan dibanding obat asli karena:

1. Mengurangi efek samping bahan kimia yang masuk ke tubuh
2. Mengurangi risiko kecanduan obat atau keracunan
3. Mengurangi biaya pengeluaran untuk penyembuhan penyakit karena harganya yang lebih murah

(fah/ir)

http://health.detik.com/read/2010/01/08/170801/1274558/766/perlukah-dokter-meresepkan-obat-semu-ke-pasien
Read more ...