IKLAN BULAN INI

Showing posts with label Tobacco. Show all posts
Showing posts with label Tobacco. Show all posts

Wednesday, 15 September 2010

Stop Merokok, Negara Lebih Untung

Rabu, 15 September 2010 | 15:19 WIB

CHICAGO, KOMPAS.com - Menerapkan terapi berhenti merokok bukan hanya akan menyelamatkan jutaan nyawa manusia. Tetapi mungkin juga bisa menjadi kebijakan fiskal yang baik bagi suatu negara, demikian kata para peneliti Amerika Serikat.

Para ilmuwan mengatakan, untuk setiap satu dollar AS yang dihabiskan untuk mengikuti terapi berhenti merokok, negara mendapatkan kembali sekitar 1,26 dollar atau sekitar 26 persen dari investasi negara untuk terapi itu.

Riset para peneliti di Penn State University membandingkan biaya yang dihabiskan untuk terapi dan program konseling guna membantu warga masyarakat berhenti merokok dengan biaya kematian dini, kehilangan produktivitas, dan biaya kesehatan akibat rokok yang meningkatkan risiko kanker dan penyakit jantung.

Penelitian itu didanai oleh bantuan Pfizer Inc, produsen obat penghenti kebiasan merokok, Chantix -- obat dengan nama generik "varenicline".

"Merokok membebani Amerika lebih dari 300 miliar dollar AS per tahun," kata Paul Billings dari American Lung Association.

Ongkos yang harus ditanggung AS per tahunnya itu meliputi 67,7 miliar dollar AS untuk nilai produktivitas di tempat kerja yang hilang; 117 miliar dollar AS untuk biaya kematian dini; dan 116 miliar AS untuk biaya pengobatan.

"Sayangnya, rokok terus membunuh 393.000 orang di AS setiap tahun," kata Billings.

Meskipun rata-rata harga satu bungkus rokok di AS hanya 5,61 dollar, biaya sebenarnya karena kehilangan kehidupan dan produktivitas adalah 18,05 dollar per kotak. "Biaya yang ditanggung masyarakat tiga kali lebih besar dari rata-rata harga eceran satu pak rokok," katanya.

Penelitian ini sejalan dengan usaha pemerintah negara bagian dan federal mengimplemntasikan peraturan penghentian kebiasaan merokok sebagai bagian reformasi Undang-undang (UU) Kesehatan.

American Lung Association mendesak pemerintah negara bagian untuk menambah cakupan penghentian rokok bagi mereka yang terdaftar di Medicaid, program gabungan pemerintah federal dan negara bagian bagi masyarakat berpendapatan rendah.

Hanya enam negara bagian yang memberikan tanggungan komprehensif bagi para penerima Medicaid, yakni Indiana, Massachusetts, Minnesota, Nevada, Oregon, dan Pennsylvania.

"Penelitian ini memberi argumentasi kuat dari sisi ekonomi untuk membantu para perokok berhenti dan menyimpan uang mereka," kata Jenifer Singleterry dari American Lung Association.

Rokok adalah penyebab penyakit dan kematian nomor satu yang paling bisa dicegah di AS. Rokok menyebabkan 90 persen kasus kanker paru-paru yang membunuh 1,2 juta orang tiap tahun di dunia.

Editor: Asep Candra
Sumber : RTR,ANT

http://health.kompas.com/index.php/read/2010/09/15/15195832/Stop.Merokok..Negara.Lebih.Untung-12
Read more ...

Tuesday, 1 June 2010

10 Fakta Buruk Tembakau

Senin, 31 Mei 2010 18:01 WIB

World No Tobacco Day

Penulis : Ikarowina Tarigan

BERSAMAAN dengan Hari Bebas Tembakau Sedunia, CENTERS for Disease Control (CDC) mempublikasikan artikel di Morbidity and Mortality Weekly Report (MMWR) edisi 28 Mei. Artikel terbut mengangkat isu gender dan penggunaan tembakau.

Artikel berjudul "Differences by Sex in Tobacco Use and Awareness of Tobacco Marketing—Bangladesh,Thailand, and Uruguay, 2009," ini menggunakan data dari Global Adult Tobacco Survey (GATS) 2009 untuk memeriksa perbedaan gender dalam penggunaan tembakau dan kesadaran pemasaran tembakau di Bangladesh, Thailand dan Uruguay.

GATS merupakan survei nasional yang dilakukan di kalangan partisipan berusia 15 atau lebih. Survei ini menggunakan kuesioner standar dan konsisten, disain sampel, kumpulan data dan protokol manajemen untuk memastikan perbandingan di negara-negara tersebut.

Artikel ini menemukan, meskipun penggunaan produk tembakau berasap di Bangladesh dan Thailand di kalangan perempuan lebih sedikit, penggunaan tembakau tanpa asap di kalangan perempuan lebih besar atau setara dengan lelaki.

Berikut beberapa fakta lain dari CDC:

1. Sekitar 200 juta perempuan adalah perokok dan 800 juta lelaki adalah perokok. Secara umum, sembilan persen perempuan merokok dibandingkan dengan 40 persen pada lelaki.

2. Pada lima puluh persen dari 151 negara, jumlah remaja perempuan yang merokok setara dengan jumlah remaja laki-laki.

3. Remaja laki-laki dan perempuan mulai menggunakan tembakau dengan alasan yang berbeda. Remaja perempuan cenderung merokok akibat keyakinan salah bahwa merokok merupakan cara yang bagus untuk mengontrol berat badan. Selain itu, remaja perempuan juga merokok akibat kurangnya rasa percaya diri.

4. Penggunaan tembakau membunuh sekitar 1,5 juta perempuan per tahun. Dari jumlah ini, sekitar 75 persen hidup di negara-negara berpenghasilan rendah hingga sedang. Berdasarkan perkiraan, penggunaan tembakau bisa membunuh 2,5 juta perempuan dan 5,5 juta lelaki.

5. Perempuan merupakan salah satu terget terbesar dari iklan industri tembakau yang mengaitkan penggunaan tembakau dengan konsep kecantikan, harga diri dan kebebasan.

6. Perempuan merupakan konsumen utama rokok ‘light’. Strategi pemasaran menyesatkan perempuan untuk meyakini bahwa 'light' berarti lebih aman. Mereka yang menghisap rokok 'light' seringkali menghirup asap rokok mereka lebih dalam dan lebih sering untuk mendapatkan jumlah nikotin yang diinginkan.

7. Penggunaan tembakau membahayakan perempuan dengan cara yang berbeda dari lelaki. Merokok selama kehamilan meningkatkan risiko melahirkan prematur, melahirkan bayi dalam keadan meninggal dan kematian saat lahir serta mengurangi jumlah air susu ibu. Selain itu, merokok juga bisa meningkatkan risiko kanker payudara, kanker leher rahim, penyakit paru-paru dan jantung.

8. Asap dari perokok lain membunuh lebih banyak perempuan dibandingkan lelaki. Asap dari perokok lain membunuh 430.000 orang dewasa per tahun. Sekitar 64 persen di antaranya adalah perempuan.

9. Perempuan dan anak-anak seringkali kekurangan daya untuk melindungi rumah, tempat kerja dan area publik dari asap rokok orang lain.

10. Perempuan merupakan satu bagian penting dari target strategi kontrol tembakau. Lebih banyak perempuan yang buta huruf dibandingkan lelaki sehingga diperlukan upaya lebih besar untuk mencegah penggunaan tembakau di kalangan perempuan. (IK/OL-08)

http://www.mediaindonesia.com/mediahidupsehat/index.php/read/2010/05/31/2648/2/10-Fakta-Buruk-Tembakau
Read more ...

Perempuan dan Bahaya Rokok

Senin, 31 Mei 2010 | 11:36 WIB

POS KUPANG.Com -- Jumlah perokok Indonesia sekitar 60 juta dan jumlah perokok perempuan di perkirakan 2,1 juta. Sejauh ini memang lebih banyak pria, tapi tiap tahun jumlah perokok wanita terus meningkat.

Prevalensi jumlah perokok perempuan pada tahun 2001 adalah 1,3 persen dan naik menjadi 4,5 persen pada tahun 2004, menurut Survei Sosial Ekonomi Nasional 2004 dalam Fakta Tembakau Indonesia. Tahun ini diperkirakan 5 persen perempuan di Indonesia yang merokok.

Makin tingginya jumlah wanita perokok tentu memrihatinkan. Menurut Menteri Kesehatan, Endah Rahayu, hal itu disebabkan antara lain oleh kampanye pencitraan dari industri tembakau. Karena itu tema peringatan Hari Anti Tembakau Sedunia tahun ini mengambil tema Perempuan dan Masalah Merokok.

Selain menjadi perokok aktif, ternyata jauh lebih banyak wanita yang menjadi perokok pasif. Diperkirakan 65,6 juta wanita dan 43 juta anak-anak di Indonesia terpapar asap rokok. Hal ini terjadi karena 91 persen perokok merokok di rumah, tidak jauh dari istri dan anak-anak. Padahal, bahaya perokok pasif sama dengan perokok aktif.

Seorang wanita akan menjadi calon ibu. Bayi yang lahir dari ibu perokok beresiko mengalami cacat janin, berat badan lahir rendah, bahkan gangguan jiwa. Rokok mengandung ribuan racun yang dapat mengancam keselamatan janin, karena itu ibu yang merokok saat hamil sama dengan meracuni janin dengan sengaja.

Merokok juga menjadi pemicu berbagai penyakit, seperti kanker paru, kanker mulut rahim, serangan jantung, atau asma. Penelitian menunjukkan, wanita perokok yang menggunakan pil KB beresiko terkena serangan jantung, stroke, dan penyumbatan pembuluh darah 10 kali lebih besar dari yang bukan perokok.

Kebiasaan merokok kerap disepelekan, padahal bahaya yang ditimbulkan oleh rokok sangat nyata. Oleh karena itu, kini saatnya untuk keluar dari jeratan asap, baik sebagai perokok aktif juga pasif. (kompas.com)

http://www.pos-kupang.com/read/artikel/48531/seputarwanita/Perempuan%20dan%20Bahaya%20Rokok
Read more ...

Gugatan Perokok Pasif

Mon, May 31st 2010, 08:34

(Refleksi Hari Tanpa Tembakau)

Muhammad Syukri - Opini

WORLD No Tobacco Day atau hari tanpa tembakau se dunia yang diperingati setiap tanggal 31 Mei merupakan momentum untuk mengimbau para perokok agar menghentikan urusan “menghisap asap.” Paling tidak, penghentian merokok itu sehari saja, tepatnya pada hari tanpa tembakau se dunia.

Imbauan tersebut ditujukan kepada para pemakai rokok (sigaret) di seluruh dunia, karena diyakini bahwa dampak yang ditimbulkan para perokok sangat berbahaya, selain merusak kesehatan diri sendiri, juga membahayakan kesehatan orang yang ada di sekitarnya.

Dari manakah asal muasal tembakau? Menurut Abdullah dan Soedarmanto (1989), Christopher Columbus menemukan tembakau pada tahun 1492 sewaktu kapalnya mendarat di Pulau Guanakani (San Salvador). Columbus melihat orang Indian mengisap tembakau kering yang digulung dengan daun jagung (mais) dan mereka menyebut tobacco. Lalu apa manfaat tembakau di era itu? Masyarakat di Benua Eropa, menjadikan tembakau sebagai tanaman hias, seperti di Portugal, Perancis, dan Florence (Italia). Malah pada tahun 1558-1568, Jean Nicot de Villemain (Perancis) menanam tembakau sebagai tanaman obat yang dipersembahkan kepada Raja Frans II untuk mengobati pusing kepala, sehingga tanaman ini dijuluki nicotina atau nikotin.

Menurut Nasution dalam Medika Jurnal Kedokteran Indonesia edisi No.7/Vol.XXXV-2009 menyebutkan, nikotin adalah suatu zat kimia utama dalam tembakau/rokok yang mempunyai efek farmakologis sangat unik. Ia memberikan rasa nikmat, asyik, sampai dengan efori yang dapat membuat orang kecanduan.

Akibat efek farmakologis yang memberikan rasa nikmat, asyik, sampai membuat orang kecanduan, sehingga di kalangan para perokok timbul anekdot: “Hidup tanpa rokok ibarat malam tak berbintang.” Melalui anekdot ini, sesungguhnya para pecandu rokok ingin mengungkapkan bahwa tanpa sedotan asap rokok menyebabkan dunianya menjadi gelap, hilang variasi hidup, bingung, dan kehilangan “teman setia.” Sebaliknya, dengan mengisap sebatang rokok, timbul rasa asyik dan nikmat sehingga akan meningkatkan konsentrasi, mampu mengendalikan diri, fokus dan muncul sejumlah ide/inspirasi. Efek ini juga dialami oleh masyarakat yang terbiasa mengkonsumsi bakong asoe (tembakau sugi atau tembakau kunyah).

Tidak terlalu heran saat Serambi Indonesia (12/5/2010) mem-blow up tentang omset penjualan rokok PT. HM Sampoerna di Aceh mencapai tiga kali lipat dari omset yang diraih perusahaan tersebut di Yogyakarta. Sebab, survai prilaku hidup bersih dan sehat yang dilakukan WHO dan Dinas Kesehatan dua tahun lalu menunjukkan bahwa Aceh merupakan daerah pengguna rokok tertinggi di Indonesia. Rata-rata setiap harinya, perokok di Aceh mampu menghabiskan 19,5 batang.

Berdasarkan prestasi penjualan ini, pantas kita berikan ucapan selamat ditambah acungan dua jempol untuk PT.HM Sampoerna yang telah berhasil merebut “lidah” sekitar 212.454 pecandu rokok di Aceh, sekaligus menjadikan daerah Serambi Mekkah ini lahan potensial untuk bisnisnya. Ucapan selamat berikutnya, juga harus diberikan untuk para perokok di Aceh yang telah dengan sukarela menambah “pundi-pundi” perusahaan rokok dan distributor PT. HM Sampoerna sekitar Rp. 8,2 milyar (29 juta batang x Rp.285) per minggu, sekaligus menyetor untuk negara melalui cukai tembakau sekitar Rp. 8,7 milyar (29 juta batangxRp.300) per minggu.

Dalam berita Serambi Indonesia (12/5/2010), John Gledhill, manajemen PT.HM Sampoerna menyebut “distribusi rokok di Aceh mencakup merek Dji Sam Soe, A Mild, Marlboro, Avolution, dan Panamas kuning.” Lalu, bagaimana logikanya para perokok di Aceh berhasil “menyumbang” Rp. 8,2 milyar per minggu untuk perusahaan rokok PT.HM Sampoerna, dan Rp. 8,7 milyar per minggu untuk negara? Kita ambil contoh rokok A Mild 16, pada bandrol tertulis harganya Rp. 10.500 per bungkus (sudah termasuk cukai tembakau sebesar Rp. 300 per batang) meskipun harga dari distributor hanya Rp. 9.360 per bungkus. Dengan demikian, harga bersih per batang kira-kira Rp.9.360:16 batang=Rp. 585 per batang, setelah dipotong cukai Rp.300 per batang, tersisa untuk perusahaan Rp.285 per batang.

Tanpa disadari, sesungguhnya melalui produk PT. HM Sampoerna, rakyat Aceh sudah menyumbang kepada negara sebesar Rp. 8,7 milyar setiap minggu (sebulan Rp. 34,8 milyar, dan setahun Rp. 417,6 milyar). Angka ini akan menjadi lebih besar jika diakumulasikan dengan cukai dari produk rokok yang lain. Sebuah penerimaan negara yang luar biasa! Ironisnya, melalui Peraturan Menteri Keuangan R.I. Nomor 66/PMK.07/2010 Tentang Alokasi Sementara Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau, Pemerintah Provinsi Aceh hanya menerima dana bagi hasil tersebut sebesar Rp. 2,78 milyar, hanya 0,67% dari cukai tembakau yang masuk dari Aceh, sangat kecil!

Berapa banyak perokok aktif dan perokok pasif di Aceh? Hasil survai WHO dan Dinas Kesehatan menyatakan bahwa, para perokok di Aceh mampu menghabiskan rokok sebanyak 19,5 batang setiap hari. Data dari PT HM Sampoerna menyebutkan bahwa penjualan mereka di Aceh mencapai 29 juta batang, berarti sehari para perokok di Aceh menghabiskan produk PT. HM Sampoerna mencapai 4.142.857 batang. Sementara, rata-rata perokok di Aceh menghabiskan 19,5 batang perhari, maka jumlah perokok aktif untuk produk PT. HM Sampurna (4.142.857 dibagi 19,5) mencapai 212.454 orang. Dengan demikian, dapat diasumsikan bahwa perokok pasif di Aceh (4,6 juta penduduk Aceh dikurangi jumlah perokok aktif 212.454 orang) sekitar 4,38 juta orang.

Menurut Christopher Murray dari Harvard School of Public Health dan Alan Lopez dari WHO, bahwa di Amerika Serikat, mereka yang meninggal karena penyakit yang ditimbulkan oleh kebiasaan merokok mencapai 400.000 orang setiap tahunnya. Ironisnya, mereka yang tidak mempunyai kebiasaan mengisap tembakau itu (perokok pasif) mempunyai resiko yang sama dengan si perokok aktif (Kompas, 21/6/1997).

Apa yang dikatakan Murray dan Lopez adalah fakta dan realitas. Lantas apa yang sudah dilakukan produsen rokok untuk konsumen pasifnya? Sampai saat ini belum ada. Mereka masih terfokus untuk menyeponsori kegiatan musik dan olah raga, belum masuk ke wilayah penanganan efek samping asap rokok.

Nah, momentum World No Tobacco Day atau hari tanpa tembakau se dunia merupakan kesempatan bagi perokok pasif untuk menggugat haknya yang selama ini telah “dizalimi” racun asap tembakau orang lain. Hak untuk memeroleh pengobatan apabila mereka terkena penyakit akibat asap rokok, seperti kanker paru-paru, dan berbagai jenis penyakit ikutan lainnya.

Melarang para perokok menghentikan aktivitasnya, sangatlah sulit karena mereka telanjur sangat tergantung kepada zat adiktif, nikotin. Makanya, menyelamatkan para perokok pasif menjadi suatu langkah prioritas. Mudah-mudahan tulisan ini dapat membuka mata para perokok pasif, dan jajaran Pemerintah Aceh, serta para pemerhati masalah kesehatan untuk melihat bahwa perokok pasif harus diselamatkan!

* Drs. Muhammad Syukri, M.Pd adalah Staf Ahli Bidang Ekonomi dan Keuangan Pemkab Aceh Tengah.

http://www.serambinews.com/news/view/31751/gugatan-perokok-pasif
Read more ...

Monday, 31 May 2010

Industri Rokok Targetkan Wanita dan Remaja

30/05/2010 09:23

Astrid Puspasari

Liputan6.com, Jenewa: Sungguh mengejutkan! Industri rokok yang jelas-jelas berbahaya bagi kesehatan, kini menargetkan wanita dan remaja di berbagai negara-negara berkembang. Data ini diumumkan Badan Kesehatan Dunia (WHO) baru-baru ini.

Dalam rangka memperingati Hari Dunia Tanpa Tembakau yang jatuh pada 31 Mei besok, WHO mencela taktik pemasaran yang dilakukan perusahaan tembakau. "Sebanyak 40 persen pria merokok dan hanya sembilan persen perempuan yang merokok. Tapi angka itu masih bisa berubah," tegas Douglas Bettcher, Direktur Prakarsa Bebas Tembakau WHO.

Menurut Global Youth Tobacco Survei yang dilakukan WHO, tingkat perokok dikalangan remaja yang berbeda gender telah memudar. "Industri rokok pasti merekrut pengguna baru, sebagai ganti perokok yang telah meninggal atau sakit," seru Bettcher. "Itu sebabnya, mereka menargetkan perempuan demi motif keuntungan."

Walaupun produk-produk rokok telah lama dipasarkan untuk perempuan di negara-negara industri, hal itu tidak bisa disamakan di negara-negara berkembang. "Perilaku pemasaran licik dan agresif, dilakukan industri tembakau di negara-negara berkembang. Ini adalah sebuah fenomena yang relatif baru," jelas Bettcher.

Di Jepang, rokok dibuat cantik dengan kemasan berwarna merah muda. Sementara di Mesir, bungkus rokok berbentuk kemasan parfum, dan di Nigeria dihadiahi barang bermerek. Pantas saja wanita tergiur.(Xinhua/ADO)

http://kesehatan.liputan6.com/berita/201005/279294/Industri.Rokok.Targetkan.Wanita.dan.Remaja
Read more ...

Akibat Rokok, Penyakit Jantung Makin Menyerang Orang Muda

Senin, 31 Mei 2010 | 07:10 WIB

TEMPO Interaktif, Penyakit jantung koroner kini menjangkiti pada usia makin muda. Dr Taufik Pohan, SpJP, pernah menangani penderita jantung koroner berusia 26-29 tahun. "Padahal dulu usia sekitar 40 tahunan baru kena," kata dokter spesialis jantung dari Rumah Sakit Pondok Indah ini.

Dokter spesialis jantung dari RS Jantung Harapan Kita, Jakarta, Dr Aulia Sani, SpJP, bahkan pernah menangani pasien jantung koroner pemuda usia 22 tahun. "Dia merokok sejak usia 9 tahun," kata Sani. Pembuluh darah koroner pemuda itu terpaksa dipasangi cincin (stent).

Faktor utama penyakit jantung koroner, kata Aulia, memang rokok. Penyakit ini menjadi penyebab kematian nomor wahid. Data WHO menyebutkan, pada 2005 rokok diperkirakan menyebabkan 400 ribu kematian atau 23,7 persen dari 1,7 juta kematian.

Masalahnya, tidak mudah bagi perokok untuk berhenti merokok. Menurut Dr Tribowo T. Ginting, SpKJ, dari RS Persahabatan, 70 persen perokok ingin berhenti. "Tapi hanya 5-10 persen yang bisa berhenti tanpa bantuan," ujarnya. Mereka yang bisa berhenti biasanya perokok yang belum kecanduan. Dengan susahnya berhenti merokok, jumlah perokok selalu naik.

Di Indonesia, menurut data WHO, tren jumlah konsumsi rokok dan jumlah perokok muda kian besar. Dari 1960 hingga 2004, konsumsi rokok naik 6,2 kali lipat, dari 35 miliar batang menjadi 217 miliar batang per tahun. Jumlah anak yang memulai merokok sebelum umur 19 tahun juga naik 10 persen dari 2001 hingga 2004. Pada 2001-2004, perokok usia 15 tahun ke atas jumlahnya naik 2,9 persen.

Survei Global Tembakau Pemuda-Indonesia pada 2006 menyebutkan, satu dari tiga anak (37,3 persen) pernah merokok. Mereka yang pertama kali merokok sebelum genap 10 tahun sebanyak 30,9 persen. Anak muda yang tetap merokok 12,6 persen dan 3,2 persen di antaranya dilaporkan kecanduan. Jika kecanduan, susah berhenti.

Jumlah perokok pasif juga naik. Aulia Sani memaparkan, dari rokok yang disulut, 20 persen asapnya diisap perokok. Sebanyak 5-10 persen tersangkut di filter rokok. Sisanya beredar di udara. Akibatnya, perokok pasif bisa terserang batuk dan bronkitis. "Begitu tua, perokok pasif bisa kena jantung koroner," kata Aulia.

Perokok pasif, ujarnya, memiliki risiko terkena kanker paru dan jantung koroner hingga 20-30 persen dibanding yang tak terpapar asap rokok. Ruang khusus merokok, kata dia, tiada guna.

Ini senada dengan hasil pengukuran Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) DKI Jakarta dengan Swisscontact Foundation Indonesia. Kedua lembaga itu menemukan, nikotin yang banyak beredar di udara berukuran 2,5 mikrometer (PM 2.5) di kawasan dilarang merokok total kurun waktu Agustus-September 2009.

Di sekolah, 32 persen lokasi udaranya terkontaminasi nikotin. Di rumah sakit, ditemukan 68 persen wilayah udara tercemar nikotin. Paling parah adalah di tempat hiburan, di antaranya restoran. Di restoran ditemukan 86 persen lokasi hiburan yang udaranya tercemar nikotin. "Di restoran, kadar PM 2.5 mendekati 2.000 mikrogram/m3," kata Kepala Bidang Penegakan Hukum BPLHD Ridwan Panjaitan.

Padahal kadar maksimal yang ditoleransi menurut WHO adalah 25 mikrogram/m3. Menurut Direktur Eksekutif Swisscontact Foundation Indonesia Dollaris Riauaty Suhadi, ukuran PM 2.5 merupakan partikel yang sangat kecil dan bisa masuk ke paru-paru. "Tak ada teknologi yang bisa menyaringnya."

Sementara itu, menurut Aulia Sani, ada dua hal yang bisa dilakukan untuk mengerem laju penyakit jantung koroner usia muda ini. Pertama, mencegah lahirnya perokok baru dan, kedua, menyembuhkan pecandu rokok. Pencegahan perokok dini dilakukan dengan melakukan edukasi terhadap anak yang belum pernah merokok. "Kampanye dilakukan sejak anak-anak masih kecil," kata dia.

Untuk itu, perlu dilakukan kampanye antitembakau di sekolah-sekolah sejak taman kanak-kanak. Sedangkan bagi yang telanjur merokok dan belum kecanduan, bisa dilakukan terapi perilaku. Yang telanjur kecanduan pun masih bisa diobati, salah satunya dengan obat generik Varenicline Tartrate.

Obat itu menyuplai pengganti nikotin. "Varenicline Tartrate mengganti nikotin tapi tak membuat kecanduan," kata dia. Menurut Sani, Varenicline Tartrate akan memancing pelepasan dopamine dan endorphin.

NUR ROCHMI

http://www.tempointeraktif.com/hg/kesehatan/2010/05/31/brk,20100531-251368,id.html
Read more ...

KPAI: Pemerintah Biarkan Iklan Rokok Secara Permisif

Senin, 31 Mei 2010 09:06 WIB

Magelang (ANTARA News) - Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menilai, pemerintah terkesan membiarkan iklan rokok secara permisif sehingga jumlah perokok aktif bukan turun tetapi malah bertambah dengan usia prevalensi semakin muda.

"Pemerintah membiarkan iklan rokok secara permisif sehingga setiap saat yang terjadi bukan penurunan perokok aktif tetapi malah terus bertambah dan makin lama usia prevalensi perokok semakin muda," kata Ketua KPAI, Hadi Supeno, di Magelang, Senin.

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah menetapkan tanggal 31 Mei sebagai "Hari Tanpa Tembakau".

Ia mengatakan, sejumlah kasus balita kecanduan rokok seperti di Malang, Sukabumi, dan Palembang adalah menyangkut anak-anak korban iklan rokok.

Pemerintah, katanya, harus segera mengeluarkan peraturan pemerintah tentang larangan total segala bentuk rokok dan sponsor rokok untuk semua kegiatan masyarakat.

"Di dalamnya juga tercantum sanksi berat bagi yang melanggar ketentuan. Tanpa larangan iklan rokok, upaya dan kampanye masyarakat tanpa tembakau hanya utopia," katanya.

Hingga saat ini, katanya, pemerintah belum menandatangani peraturan pemerintah tentang perlindungan masyarakat dari ancaman tembakau sebagaimana diamanatkan Pasal 116 Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan.

Ia mengatakan, pemerintah harus menurunkan kuantitas industri rokok hingga jumlah paling rendah. Pada saat yang sama pemerintah menaikkan cukai rokok sehingga penurunan industri itu tidak mengurangi pendapatan negara dari rokok.

"Hingga tahun 2010 pemerintah terus mengizinkan produksi tembakau setahun 260 miliar batang dan pemerintah mempertahankan cukai murah, hanya 30 persen dari harga rokok. Padahal di Thailand sampai 60 persen, di Singapura dan Malaysia sampai sekitar 55 persen," katanya.

Pemerintah, katanya, mengintrodusir Pasal 113 UU Nomor 36 tahun 2009 tentang berbagai upaya mencegah ketergantungan terhadap zat nikotin.
(M029/A024)

http://www.antaranews.com/berita/1275271619/kpai-pemerintah-biarkan-iklan-rokok-secara-permisif
Read more ...

Berhenti Merokok tanpa Obat

Minggu, 30 Mei 2010 pukul 09:43:00

Reiny Dwinanda

Dari 70 persen yang ingin berhenti merokok, hanya lima prsen yang berhasil.

Pernahkah Anda memerhatikan label peringatan yang menempel pada kemasan rokok? Sederet penyakit dan gangguan kesehatan tertera di bungkus rokok, merek apapun. Meski begitu, kenyataannya orang tetap saja meneruskan kebiasaan merokok.

Angka perokok baru pun sulit sekali direm laju pertumbuhannya. Celakanya, perokok baru itu makin dini usianya. "Tercatat, angkatan muda mulai merokok sejak usia 8 tahun," ungkap dr Aulia Sani SpJP (K).

Apa yang mengancam perokok muda tersebut? Dalam tempo yang tak terlalu lama, mereka bisa mengalami peningkatan denyut jantung dan tekanan darah. "Yang gampang terlihat, efek di gigi, warnanya jadi kuning sampai hitam," papar pengajar Departemen Kardiologi dan Kedokteran Vaskuler Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ini.

Akses terhadap rokok memang kelewat longgar di Indonesia. Merokok pun membudaya di banyak keluarga. Bahkan, dalam Susnas 2006 rokok terdata sebagai pengeluaran terbesar kedua setelah beras. "Ironisnya lagi, kebanyakan perokok berasal dari kalangan masyarakat menengah-bawah," imbuh dokter spesialis jantung dan pembuluh darah ini dalam acara Peluncuran Kampanye BreakFree, Rabu (26/5) lalu di Jakarta.

Berdasarkan riset di luar negeri, 70 persen perokok punya kemauan untuk berhenti. Namun, hanya sekitar 5 sampai 10 persen yang berhasil menahan diri untuk tak lagi menyulut lintingan tembakau itu. "Penelitian tersebut sekaligus membukakan mata betapa sulitnya perjuangan perokok yang ingin terbebas dari kecanduan," ungkap dr Tribowo T Ginting SpKJ.

Anton, sebut saja begitu, mendeskripsikan dirinya sebagai cerobong asap. Belum genap berusia 40 tahun, karyawan swasta ini sudah megap-megap kesulitan bernapas. "Saya ada asma, merokok sejak SMP, sering bergadang, dan kini saya butuh obat yang cukup mahal agar paru-paru saya dapat berkerja dengan baik."

Anton menuruti saran dokter untuk tidak kerja berat. Namun, ia masih kesulitan memutus keakraban dengan sigaret. "Paling, jumlahnya saja yang baru bisa berkurang."

Anton berpendapat dirinya lebih mudah putus hubungan dengan narkoba ketimbang rokok. Begitu meninggalkan pergaulan, ia bisa terbebas dari putaw. "Candunya rokok lebih gawat," komentarnya.

Anton beralasan rokok mudah sekali ditemukan. Orang pun lebih permisif terhadap perokok. "Itu pula yang menjadi penghambat," cetusnya.

Perlu dukungan
Terhadap perokok seperti Anton, Tribowo berpendapat dukungan keluarga dan orang sekitar sangat diperlukan. Menjauhkan segala atribut yang berhubungan dengan rokok akan sangat membantu. "Pahami masa sulit mereka berada di minggu pertama dan kedua," ucap psikiater dari RS Persahabatan ini.

Sementara itu, di ruang praktiknya, Aulia sering menemukan pasien yang terkena dampak rokok. Kebanyakan mengalami serangan jantung. "Mereka baru timbul kesadaran akan bahaya rokok setelah mengalami serangan jantung."

Terhadap pasiennya, Aulia tak melulu menyodorkan obat. Ia menyarankan agar pasien membulatkan niat untuk berhenti merokok. "Ingat saja rasanya sakit," cetus konsultan jantung dan kardiovaskular ini.

Aulia mendapati sebagian besar pasien kemudian menemukan kesadaran. Mereka akhirnya tahu dan telah merasakan sendiri akibat menyulut dan menghisap linting tembakau yang mengandung 4000 bahan kimia, 69 di antaranya karsinogenik. "Penting untuk memotivasi pasien untuk tidak kembali merokok."

Motivasi yang tinggi akan memudahkan perokok untuk tidak lagi menghisap tembakau. Keinginan yang kuat dari diri sendirilah kunci utama sukses berhenti merokok. "Karena itu, saya tidak langsung memberi resep obat untuk mereka yang mau terbebas dari rokok," tutur Aulia. ed: nina


Peran Obat, di Mana Tempatnya?

Lantas, kapan obat dibutuhkan? Dr Aulia Sani menyebutkan, orang dengan motivasi yang rendah dan level ketergantungan nikotin yang tinggi terkadang memerlukan terapi obat. "Obat membantunya mengatasi ketidaknyamanan pada masa awal berhenti merokok," kata mantan direktur RS Harapan Kita ini.

Apa sebetulnya yang terjadi ketika perokok tidak mendapatkan pasokan nikotin? Aulia memaparkan tubuh akan mengalami gejala putus nikotin. "Ketidaknyamanan berupa rasa gelisah, pusing, dan mual itu bisa menaklukkan niat lemah perokok yang ingin berhenti."

Demi suksesnya program berhenti merokok, dokter bisa saja meresepkan varenicline. Inilah satu-satunya terapi pengganti nikotin yang tersedia di Indonesia. "Obatnya belum tersedia untuk masyarakat menengah-bawah," ucap Aulia.

Varenicline, lanjut Aulia, diberikan untuk jangka pendek. Obat ini bekerja pada reseptor nikotin di otak dengan menurunkan gejala ketagihan dan mengurangi rasa nikmat yang timbul dari merokok. "Otomatis, keinginan untuk merokok menjadi tiada dan saat mencoba menghisap rokok, ia tidak akan merasakan kenikmatan."

Menyitir sebuah penelitian di Amerika Serikat, Aulia menuturkan pemanfaatan varenicline empat kali lebih efektif menghentikan kebiasaan merokok dibandingkan tanpa obat. Riset itu melibatkan pasien yang ingin berhenti merokok. "Tanpa obat pun sebetulnya bisa namun harus disertai kemauan yang kuat," tegasnya.

Apa yang dialami tubuh yang terbebas dari racun yang ada pada rokok? Aulia menggambarkan dalam 20 menit tanpa rokok, perubahan signifikan terjadi di jaringan organ penting manusia. "Tekanan darah, denyut jantung, dan aliran darah tepi membaik."

Lantas, apa manfaatnya dalam waktu yang lebih lama? Kalau bisa bertahan sampai 12 jam tak merokok, karbonmonoksida di dalam darah kembali normal. "Sistem aliran darah membaik, dan fungsi jantung dapat meningkat," tandas Aulia yang kerap menjadi pembicara seminar.

Tes Ketergantungan Nikotin
Pertanyaan
1. Berapa batang rokok yang Anda hisap setiap hari?
Jawaban
A. 10 atau kurang
B. 10-20
C. 21-30
D. 31 atau lebih
Skor
A. 0
B. 1
C. 2
D. 3

2. Berapa lama setelah bangun tidur, Anda merokok?
A. Dalam 5 menit
B. 6-30 menit
C. 31-60 menit
D. Setelah 60 menit
Skor
A. 3
B. 2
C. 1
D. 0

3. Apakah Anda kesulitan menahan diri untuk tidak merokok di tempat-tempat yang dilarang?
A. Ya
B. Tidak
Skor
A. 1
B. 0

4. Apakah Anda merokok lebih sering pada jam pertama setelah bangun tidur dibandingkan pada waktu lain?
A. Ya
B. Tidak
Skor
A. 1
B. 0

5. Keinginan merokok pada saat kapan yang sulit ditahan dan dihilangkan?
A. Batang pertama di pagi hari
B. Waktu lain
Skor
A. 1
B. 0

6. Apakah Anda tetap merokok saat Anda sakit berat yang membutuhkan bedrest?
A. Ya
B. Tidak
Skor
A. 1
B. 0

Skor Ketergantungan
0-3 poin Ringan
4-6 poin Sedang
7-10 poin Tinggi

Keterangan:
Ringan: level ketergantungan Anda terhadap nikotin, rendah. Sebaiknya cobalah berhenti dari sekarang sebelum ketergantungan Anda semakin meningkat.

Sedang: Anda memiliki level ketergantungan menengah terhadap nikotin. Berhentilah sekarang untuk terbebas dari ketergantungan.

Berat: Anda tidak dapat mengontrol kebiasaan merokok. Sebaliknya, rokoklah yang mengatur Anda. Saat memutuskan berhenti merokok, sebaiknya konsultasikan kepada dokter. Anda akan mendapatkan terapi pengganti nikotin atau terapi lain yang dapat membantu Anda melepaskan diri dari ketergantungan terhadap nikotin.

Sumber: Fargerstorm Tolerance Questionnaire. Br J Addict 1991

http://koran.republika.co.id/koran/105/112073/Berhenti_Merokok_tanpa_Obat
Read more ...

Sunday, 30 May 2010

40% perokok aktif alami gejala adiktif

Thursday, 03 June 2010 11:31

JAKARTA - Guru Besar Farmakologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), Amir Syarief, mengatakan sebanyak 40 persen dari perokok akan mengalami gejala adiktif atau tingkat kecanduan yang berbahaya.

"30 - 40 persen orang yang merokok akan jatuh dalam keadaan adiksi," katanya, tadi pagi.

Menurut Amir, jumlah itu jauh lebih besar dibanding tingkat resiko adiksi bagi peminum alkohol yaitu sekitar 15 persen. Tingkat "intoksikasi" (keracunan) zat nikotin yang terdapat dalam rokok bernilai dua (rendah), sedangkan tingkat "intoksikasi" alkohol adalah enam (tinggi).

Namun, lanjutnya, nikotin memiliki tingkat ketergantungan bernilai enam yang berarti tinggi. Amir mengemukakan, orang yang merokok akan mengakibatkan terdapatnya kadar nikotin dalam darah.

Selain itu, menurutnya, merokok juga bisa berpotensi mengakibatkan terjadinya abortus pada perempuan hamil dan penurunan produksi air susu ibu (ASI) bagi ibu-ibu menyusui.

Amir menerangkan, kadar hanya sebesar 1 - 2 miligram nikotin sudah bisa menimbulkan efek euforia yang dapat mengakibatkan kecanduan.

Amir mengingatkan di dalam rokok terdapat sekitar 60 karsinogen (penyebab penyakit kanker).

Sementara ketua Badan Khusus Pengendalian Tembakau Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI), Widyastuti Soerojo, mengemukakan UU Kesehatan yang diujimaterikan di MK sama sekali tidak mematikan hak atas penghidupan para petani tembakau.

"UU Kesehatan tidak mematikan hak atas hidup dan penghidupan para petani tembakau. Karenanya UU Kesehatan tidak bertentangan dengan UUD 1945," katanya.

Sebelumnya, ketua DPRD Temanggung, Bambang Soekarno, mengajukan permohonan uji materi untuk membatalkan Pasal 113 UU No 36/2009 tentang Kesehatan karena dinilai diskriminatif karena hanya mencantumkan tembakau sebagai satu-satunya contoh tanaman yang mengandung zat adiktif.

Selain itu, menurut Bambang, "ayat tembakau" dalam UU Kesehatan juga akan mengakibatkan kerugian bagi para petani tembakau dan cengkeh di Indonesia.

Editor: SATRIADI TANJUNG
(dat01/ann)

http://www.waspada.co.id/index.php?option=com_content&view=article&id=119637:40-perokok-aktif-alami-gejala-adiktif&catid=77:fokusutama&Itemid=131
Read more ...

Wednesday, 26 May 2010

Perokok itu 'Awet Muda'

Rabu, 26/05/2010 16:33 WIB

Merry Wahyuningsih - detikHealth

Jakarta, Setiap orang pasti ingin selalu awet muda dan menerapkan pola hidup sehat. Tetapi dalam artian lain, para perokok pun ternyata bisa 'awet muda'.

Tak seperti awet muda dengan pola hidup sehat yang dapat terhindar dari berbagai macam pernyakit, 'awet muda' yang dialami oleh para perokok diartikan sebagai orang yang mati muda dan tidak akan pernah menikmati hari tuanya.

Hal ini disampaikan oleh Dr. H. Aulia Sani, SpJP(K) FJCC FIHA, pengajar Departemen Kardiologi dan Kedokteran Vaskuler FKUI, dalam acara konferensi pers menyambut Hari Tanpa Tembakau Sedunia, Jakarta, Rabu (26/5/2010).

"Rokok itu bikin 'awet muda', maksudnya perokok itu mati di usia muda, jadi mereka nggak bakal bisa tua," ujar dokter yang pernah menjadi Direktur Utama Rumah Sakit Jantung Harapan Kita, Jakarta.

Tidak mengherankan, karena rokok banyak membawa dampak negatif pada tubuh dan kesehatan, baik dampak jangka pendek maupun dampak jangka panjang.

Dalam jangka pendek saja, rokok bisa menyebabkan iritasi mata, denyut jantung dan tekanan darah meningkat, peristaltik usus meningkat, nafsu makan menurun, sirkulasi darah kurang baik, suhu ujung-ujung jari menurun, berkurangnya rasa mengecap dan membau, serta gigi dan kuku berwarna kuning sampai hitam.

Sedangkan efek jangka panjang lebih banyak lagi, mulai dari penyakit-penyakit di saluran pernapasan, paru, ginjal, pankreas, alat reproduksi, kanker dan kardivaskuler. Dan rokok merupakan faktor risiko utama penyakit jantung koroner, di samping kolesterol dan hipertensi.

Rokok juga menjadi faktor risiko acute myocardial infarction (serangan jantung), stroke, kematian mendadak, dan meningkatkan percepatan aterosklerosis. Inilah yang membuat perokok menjadi 'awet muda' alias tipis harapan untuk dapat hidup hingga usia tua.

Untuk dapat terlepas dari jeratan rokok memang susah. Adiksi nikotin di dalam rokoklah yang membuat orang sangat susah untuk berhenti. Perokok butuh motivasi diri dan lingkungan untuk berani berhenti merokok.

Ketergantungan terhadap rokok dipengaruhi oleh multi dimensi. Faktor yang paling besar adalah faktor biologis, yaitu adiksi nikotin yang membuat orang kecanduan juga withdrawal (kondisi putus zat). Selain itu, ada juga faktor sosial berupa kebiasaan dan lingkungan, serta faktor perilaku dan psikologis.

Di Jakarta sendiri, jumlah total perokok aktif tercatat meningkat satu persen per tahun. Berdasarkan data itu, di Indonesia ada 1.172 orang meninggal dunia per hari karena penyakit yang diakibatkan rokok.

Tidak hanya bagi perokok aktif, efek dari para perokok ini terhadap orang-orang di sekitarnya turut mencengangkan. Diperkirakan jumlah perokok pasif di Indonesia, menurut data BPS tahun 2004, yang berusia 0-14 tahun sejumlah 43 juta anak.

Sedangkan perokok pasif diatas 15 tahun diperkirakan sejumlah 45,6 juta. Asap yang ditimbulkan dari rokok perokok aktif, bahkan sampai 70 persen dihisap oleh perokok pasif.

"Perokok selalu memiliki banyak alasan untuk mempertahankan kebiasaan merokoknya, sekalipun ingin berhenti," ujar Dr Tribowo T Ginting, SpKJ, dokter spesialis Kedokteran Jiwa dari RSUP Persahabatan.

Dr Tribowo menuturkan bahwa diperlukan motivasi yang kuat bersumber dari diri sendiri maupun lingkungan orang terdekat. ketika para perokok merasa motivasinya menipis, lingkungan dapat segera mendukung dan menguatkannya kembali.

Untuk memotivasi para perokok yang ingin menghentikan kebiasaan merokoknya, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dan PT Pfizer Indonesia akan mengadakan acara kampanye bertajuk 'BREAK FREE Semangat Bebaskan Diri dari Jeratan Adiksi Nikotin' dalam rangka peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia yang jatuh tanggal 31 Mei 2010.

Melalui kampanye terpadu ini, diharapkan lebih banyak perokok di Indonesia yang ingin berhenti merokok akan berhasil membebaskan diri dari jeratan adiksi nikotin. Kampanye BREAK FREE bertujuan membantu para perokok yang berkeinginan berhenti merokok dengan memotivasinya, mengajak orang terdekatnya untuk memberikan dukungan dan menyediakan terapi farmakologi bagi yang membutuhkan.

Sebagai langkah awal, kampanye BREAK FREE menargetkan peningkatan keberhasilan berhenti merokok pada kelompok usia dewasa. Tidak hanya itu saja, kampanye ini juga menargetkan orang-orang terdekat dari si perokok yaitu para perokok pasif, misalnya keluarga atau sahabat-sahabatnya, sebagai faktor terkuat untuk mendorong perokok dalam membebaskan diri dari adiksi nikotin.

(mer/ir)

http://health.detik.com/read/2010/05/26/163343/1364609/763/perokok-itu-awet-muda
Read more ...

Inilah Tips Membantu Berhenti Merokok

Rabu, 26 Mei 2010 | 15:22 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Selain motivasi dari diri sendiri, perokok yang mau berhenti juga membutuhkan dukungan lingkungan sekitarnya. Menurut dokter spesialis kedokteran jiwa Rumah Sakit Persahabatan, dr Tribowo T Ginting, dalam kampanye bebas rokok bertema "Break Free" di Jakarta, Rabu (26/5/2010), setidaknya ada lima hal yang dapat dilakukan dalam mendukung perokok yang ingin berhenti.

1. Bersihkan rumah dari atribut-atribut rokok seperti bungkus rokok, asbak, dan korek. Lalu, ajaklah rekan-rekan sesama perokok untuk tidak merokok di depan perokok yang ingin berhenti.

2. Bersabarlah, khususnya dalam 1-2 minggu pertama. "Kemungkinan akan timbul perselisihan dengan perokok yang sedang berusaha berhenti," kata dr Bowo.

3. Berikan banyak pujian dan penghargaan kepada yang hendak berhenti merokok. "Hargai keputusan mereka yang ingin berhenti, rayakan kalau dalam 1-2 minggu mereka berhasil," tambah dr Bowo.

4. Sediakan waktu untuk mendengarkan curahan hati dan perasaan perokok yang berusaha berhenti.

5. Alihkan perhatian perokok dengan menyibukkan mereka seperti mengajak jalan-jalan atau melakukan aktivitas fisik seperti olahraga pada waktu-waktu biasanya dia merokok. "Permen dapat mengalihkan perhatian perokok saat dia enggak tau mau apa, dia makan permen," tambah dokter spesialis jantung, dr Aulia Sani.

6. Yang terpenting, yakinkanlah perokok bahwa mereka mampu berhenti atau mengurangi kebiasaan mengonsumsi nikotin.

http://kesehatan.kompas.com/read/2010/05/26/1522170/Inilah.Tips.Membantu.Berhenti.Merokok-5
Read more ...

Sunday, 28 February 2010

Ingin Berhenti Merokok? Hindari Minum Kopi

Minggu, 28/02/2010 07:01 WIB

Nurul Ulfah - detikHealth

New York, Ngopi sambil merokok memang kegiatan paling nikmat bagi beberapa orang. Tak heran, karena kopi dan rokok adalah pasangan yang cocok, seperti halnya oreo dan susu. Jadi jika ingin berhenti merokok hindari minum kopi.

Jika Anda sedang dalam program berhenti merokok tapi tidak berhasil juga, mungkin itu karena makanan yang Anda makan memicu perasaan ingin merokok lagi dan lagi.

Sebuah studi tahun 2007 yang dipimpin McClernon dari Duke University Medical Center in Nicotine & Tobacco Research menyebutkan bahwa makanan sangat mempengaruhi kebiasaan merokok

Beberapa makanan dapat meningkatkan keinginan merokok dan beberapa lainnya bisa menghentikan kebiasaan merokok. Daging merah, alkohol dan kopi akan meningkatkan rasa enak rokok sedangkan sayuran, buah, susu dan minuman non kafein seperti air dan jus akan membuat rasa rokok di mulut menjadi tidak enak.

"Hal ini menjelaskan mengapa orang yang suka minum kopi senang merokok karena kopi dan rokok memang kombinasi yang cocok, seperti oreo dan susu saja," kata Joseph McClernon, PhD, profesor dari Department of Psychiatry and Behavioral Sciences at Duke University Medical Center seperti dilansir Health, Minggu (28/2/2010).

Selain faktor makanan, adalagi faktor yang menjelaskan kenapa ada orang yang merokok dan ada yang tidak, yaitu faktor lidah. Tidak semua orang bisa menerima rasa rokok di mulutnya.

Menurut hasil studi, ada beberapa orang yang terlahir untuk tidak suka rasa rokok. Orang yang sering merasakan rasa pahit atau yang masuk kategori 'bitter taster' lebih jarang merokok.

Peneliti National Institutes of Health membandingkan subjek partisipan yang punya kemampuan genetik merasakan pahit dengan partisipan yang tidak punya kemampuan tersebut.

Setelah melakukan analisis, ternyata partisipan yang punya kemampuan merasa pahit yang lebih sensitif (bitter taster) sangat jarang yang merokok dibanding partisipan dengan tingkat sensitivitas yang lebih rendah.

Meski pernah merokok, bitter taster lebih mudah berhenti merokok. Kebalikannya, mereka yang tingkat sensitivitas pahitnya rendah sangat mudah kecanduan nikotin. Hasil studi tahun 2001 ini dipublikasikan dalam Addictive Behaviors.

Jadi memang ada beberapa orang di dunia ini yang punya genetik tidak suka rasa rokok menempel di lidahnya. Sekalipun diciptakan rokok dengan rasa yang sangat enak, lidahnya mungkin akan menolak.

Beruntunglah orang-orang yang masuk kategori bitter taster tersebut karena mereka tak perlu susah susah mencari cara untuk berhenti merokok.(fah/ir)

http://health.detik.com/read/2010/02/28/070121/1307743/766/ingin-berhenti-merokok-hindari-minum-kopi
Read more ...

Wednesday, 10 February 2010

Modal Kemauan Keras Saja Sudah Cukup untuk Berhenti Merokok

Rabu, 10/02/2010 14:15 WIB

Nurul Ulfah - detikHealth

Sydney, Sudah coba makan permen karet, pakai koyo nikotin, rokok elektrik, herbal, akupuntur dan lainnya, tapi tetap saja tidak bisa berhenti merokok. Sebenarnya tak perlu mengeluarkan ongkos mahal untuk bisa berhenti merokok, cukup punya kemauan keras saja.

Banyak perokok yang menyerah di tengah jalan karena selalu gagal memakai cara-cara yang dianjurkan tersebut. Tapi menurut peneliti, cara-cara tersebut sebenarnya tidak terlalu membantu dan hanya menghabiskan biaya saja. Dengan modal wiilpower atau keinginan yang kuat saja sebenarnya sudah cukup.

Menurut Profesor Simon Chapman dari The Sydney University, perokok justru dibuat bingung dengan banyaknya alternatif obat atau terapi untuk berhenti merokok. Berhenti merokok juga menjadi sesuatu yang dianggap sangat berat untuk dilakukan, padahal sebenarnya hal itu sangat sederhana.

Kesimpulan itu didasarkan hasil analisis peneliti terhadap 511 studi tentang berhenti merokok. Hasilnya menunjukkan, sebanyak tiga perempat mantan perokok mengatakan lebih mudah berhenti merokok dengan mengandalkan kekuatan keinginan daripada mengunakan berbagai jenis obat atau alat bantu berhenti merokok.

"Menjalankan keinginan itu ternyata lebih mudah daripada membayangkan susahnya," ujar seorang partisipan seperti dilansir Dailymail, Rabu (10/2/2010).

Meski bisa membantu mengurangi ketergantungan nikotin, namun Prof Simon mengatakan bahwa obat-obatan maupun alat bantu lainnya justru meningkatkan kesulitan berhenti merokok hingga dua kali lipat.

Prof Simon juga mencurigai perusahaan farmasi yang membuat obat atau produk-produk pengganti nikotin yang sengaja memasarkan produknya untuk meningkatkan ketergantungan perokok akan obat tersebut. Hal itu membuat perokok kesulitan berhenti mengisap rokok meski sudah mengonsumsi obat atau memakai produk tersebut.

Namun Amanda Sandford dari grup anti merokok Ash tidak begitu setuju dengan pendapat Prof Simon. "Kita tidak bisa hanya mengandalkan willpower saja. Beberapa studi sudah membuktikan keefektifan koyo nikotin atau permen karet. Lagipula tiap orang memiliki willpower yang berbeda-beda untuk melawan kecanduan merokoknya," ujarnya.(fah/ir)

http://health.detik.com/read/2010/02/10/141507/1296735/766/modal-kemauan-keras-saja-sudah-cukup-untuk-berhenti-merokok
Read more ...

Konsumsi Rokok Indonesia Peringkat Dua Setelah Beras

Wednesday, 10 February 2010 20:20

MEDAN – Meskipun dipenuhi dengan dua ratus elemen berbahaya dalam setiap batangnya, rokok tetap menjadi idola bagi kebanyakan masyarakat di Indonesia. Alasan perokok ini bermacam-macam mulai dari rokok sebagai pengusir penat, alat untuk memudahkan pergaulan, menambah rasa percaya diri, atau hanya sekedar iseng.

“Banyaknya perokok ini membuat konsumsinya hampir menyamai konsumsi masyarakat akan beras yang merupakan makanan utama masyarakat Indonesia,” ungkap Elvy Hadriani, kordinator Forum Selamatkan Anak dari Bahaya Rokok Medan, kepada Waspada Online, malam ini.

Berdasarkan hasil penelitian lembaga Survei Sosial Ekonomi Nasional, konsumsi rumah tangga akan rokok mencapai 12, 43 % tepat di bawah konsumsi beras sebesar 19,3 %. Keadaan ini, menurut Elvy, jelas akan mempengaruhi kehidupan ekonomi rumah tangga seseorang.

“Dana penghasilan yang seharusnya bisa dialokasikan untuk pemenuhan kebutuhan pokok lain tercurah hanya untuk batangan racun,” jelasnya.

Karenanya, ia mengharapkan agar Pemerintahan Kota Medan dapat membantu untuk mengurangi angka perokok terutama di kota Medan dengan berkaca pada kota-kota lain yang lebih maju. Sebagai contoh, Pemerintahan Daerah DKI Jakarta, yang sedang menggagas program untuk menghapuskan jaminan kesehatan rakyat miskin perokok.

“Aturan-aturan yang dibuat oleh daerah lain dapat ditiru untuk terus meminimalisir pemakai rokok fi Indonesia, khususnya bagi mereka yang masih dibawah umur,” tambahnya.

Editor: AMIR SYARIF SIREGAR
(dat04/wol-mdn)

http://www.waspada.co.id/index.php?option=com_content&view=article&id=88949:konsumsi-rokok-indonesia-peringkat-dua-setelah-beras&catid=77:fokusutama&Itemid=131
Read more ...

Friday, 5 February 2010

Efek Tambahan Asap Rokok di Ruang Tertutup

Jumat, 05 Februari 2010 11:00 WIB

Penulis : Ikarowina Tarigan

BAHAYA asap rokok di udara (secondhand smoke) tidak hanya berbahaya bagi mereka yang tidak merokok. Studi terbaru mengungkap bahwa perokok yang menghisap asap rokok mereka sendiri dalam ruang tertutup berisiko lebih besar mengalami gangguan kesehatan terkait asap rokok.

Studi menunjukkan, perokok yang menghisap 14 batang rokok sehari dan menghisap asap rokoknya sendiri karena merokok di ruang tertutup mengalami penambahan risiko yang setara dengan menghisap 2,6 batang rokok lagi.

Hasil ini, terang peneliti, membantah asumsi sebelumnya yang menyatakan bahwa bahaya tambahan akibat menghisap asap rokok yang telah dihembuskan (secondhand) bisa diabaikan jika dibandingkan dengan risiko asap rokok yang secara langsung dihisap oleh perokok.

"Dalam mempelajari kesehatan perokok aktif, asap yang dihirup secara aktif atau pasif harus selalu dipertimbangkan," terang peneliti Maria Teresa Piccardo dari National Cancer Research Institute di Genoa, Italia, seperti dikutip situs webmd.com

Dalam studi yang dipublikasikan di Environmental Health ini, peneliti menganalisis kontribusi paparan asap rokok dari luar (secondhand smoke) terhadap total karsinogen (komponen penyebab kanker dalam tembakau) pada 15 perokok yang bekerja sebagai agen surat kabar di Italia.

"Kami memilih agen surat kabar karena mereka bekerja sendirian di dalam kios kecil. Artinya, setiap asap tembakau di udara yang dihirup sangat berkaitan dengan jumlah asap rokok dari agen berita tersebut," tambah Piccardo.

Hasil menunjukkan, sumbangan karsinogen dari paparan asap luar (secondhand smoke) setara dengan 15 hingga 23 persen rokok biasa dan 21 hingga 34 persen rokok ringan (light cigarettes).

Rata-rata perokok dalam studi tersebut menghisap 14 batang rokok. Dengan menghisap kembali asap rokok mereka sendiri dari udara, tambahan karsinogen yang masuk ke tubuh mereka setara dengan menghisap 2,6 batang rokok reguler lagi.

Selain itu, menghirup asap dari perokok lain dalam lingkungan setara dengan paparan karsinogen dari 1,3 batang rokok reguler lagi.

Temuan ini, menurut peneliti, mengindikasikan bahwa paparan karsinogen total dari kebiasaan merokok perokok itu sendiri serta paparan asap dari luar harus diperhitungkan dalam menentukan risiko kesehatan merokok. (IK/OL-08)

http://www.mediaindonesia.com/mediahidupsehat/index.php/read/2010/02/05/2135/2/Efek-Tambahan-Asap-Rokok-di-Ruang-Tertutup-
Read more ...