Sabtu, 6 Februari 2010 - 9:12 WIB
BANDUNG (Pos Kota) – Persaingan distribusi obat antara Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dengan swasta semakin ketat dan tajam, akibat pertumbuhan usaha distributor swasta yang cenderung tidak terlalu terikat dengan kewajiban sosial, yakni kewajiban memasok obat-obatan ke daerah terpencil dan pulau terluar, dengan pelayanan terbaik dan harga terjangkau, seperti yang diwajibkan kepada BUMN.
Deputi Bidang Usaha dan Jasa Lainnya Kementerian BUMN, Muchayat, di sela-sela Rapat Kerja Nasional BUMN distributor farmasi, Jumat (5/2) di Bandung mengatakan, dari Rp 33 triliun nilai perdagangan farmasi nasional, dalam tahun 2009, sekitar 90 persen, atau lebih dari Rp 30 triliun, dinikmati distributor swasta. BUMN distributor farmasi, yakni PT Indofarma Global Medika, Kimia Farma Trading dan Rajawali Nusindo, hanya menikmati share Rp. 3 triliun.
Menurut Muchayat, ke depan BUMN distributor farmasi harus melakukan langkah-langkah strategis, diantaranya menggunakan jaringan pemasaran secara bersama-sama, baik jaringan dalam negeri, yang dimiliki PT Indofarma Global Medika dan Kimia Farma, maupun jaringan perdagangan internasional yang dimiliki PT Bio Farma, karena memasuki 2010, BUMN distributor farmasi ditargetkan menguasai 20 persen dari perdagangan produk farmasi senilai Rp. 38 triliun.
“Dengan melakukan sinergitas, BUMN distributor farmasi, bisa memperluas penguasaan pasar dan mempertahankan harga, tanpa menurunkan kualitas pelayanan kepada masyarakat,” tegasnya.
Dirut PT Bio Farma Iskandar dan Indofarma Global Medika, Ary Gunawan menyambut baik penggunaan jaringan perdagangan, baik perdagangan dalam negeri, maupun luar negeri, secara bersama-sama. Dengan kekuatan 117 cabang pemasaran dan 1.211 personal di seluruh Indonesia, distribusi farmasi akan semakin merata dan harganya tetap terajngkau, kata kedua petinggi BUMN bidang farmasi ini. (chevy/B)
http://www.poskota.co.id/berita-terkini/2010/02/06/persaingan-distributor-obat-kian-tajam
No comments:
Post a Comment