IKLAN BULAN INI

Thursday, 25 June 2009

PENYAKIT PARKINSON (PARKINSON’S DISEASE)

PENYAKIT PARKINSON (PARKINSON’S DISEASE)

Penyakit Parkinson adalah suatu penyakit degeneratif pada sistem saraf (neurodegenerative) yang bersifat progressive, ditandai dengan ketidakteraturan pergerakan (movement disorder), tremor pada saat istirahat, kesulitan pada saat memulai pergerakan, dan kekakuan otot.

Penyakit Parkinson pertama kali diuraikan dalam sebuah monograf oleh James Parkinson seorang dokter di London, Inggris, pada tahun 1817. Di dalam tulisannya, James Parkinson mengatakan bahwa penyakit (yang akhirnya dinamakan sesuai dengan namanya) tersebut memiliki karakteristik yang khas yakni tremor, kekakuan dan gangguan dalam cara berjalan (gait difficulty).

Penyakit Parkinson bisa menyerang laki-laki dan perempuan. Rata-rata usia mulai terkena penyakit Parkinson adalah 61 tahun, tetapi bisa lebih awal pada usia 40 tahun atau bahkan sebelumnya. Jumlah orang di Amerika Serikat dengan penyakit Parkinson's diperkirakan antara 500.000 sampai satu juta, dengan sekitar 50.000 ke 60.000 terdiagnosa baru setiap tahun. Angka tersebut meningkat setiap tahun seiring dengan populasi umur penduduk Amerika.

Sementara sebuah sumber menyatakan bahwa Penyakit Parkinson menyerang sekitar 1 diantara 250 orang yang berusia diatas 40 tahun dan sekitar 1 dari 100 orang yang berusia diatas 65 tahun.

Beberapa orang ternama yang mengidap penyakit Parkinson diantaranya adalah Bajin (sasterawan terkenal China), Chen Jingrun (ahli matematik terkenal China), Muhammad Ali (mantan peninju terkenal A.S.), Michael J Fox (seorang bintang film Hollywood terkenal) yang kini aktif dengan The Michael J Fox Foundation For Parkinson’s Research.

Penyebab Penyakit Parkinson (Parkinson’s Disease)

Penyebab pasti penyakit Parkinson masih belum diketahuii, meskipun penelitian mengarah pada kombinasi faktor genetik dan lingkungan.

Jauh di dalam otak ada sebuah daerah yang disebut ganglia basalis. Jika otak memerintahkan suatu aktivitas (misalnya mengangkat lengan), maka sel-sel saraf di dalam ganglia basalis akan membantu menghaluskan gerakan tersebut dan mengatur perubahan sikap tubuh. Ganglia basalis mengolah sinyal dan mengantarkan pesan ke talamus, yang akan menyampaikan informasi yang telah diolah kembali ke korteks serebri. Keseluruhan sinyal tersebut diantarkan oleh bahan kimia neurotransmiter sebagai impuls listrik di sepanjang jalur saraf dan diantara saraf-saraf. Neurotransmiter yang utama pada ganglia basalis adalah dopamin.

Pada penyakit Parkinson, sel-sel saraf pada ganglia basalis mengalami kemunduran sehingga pembentukan dopamin berkurang dan hubungan dengan sel saraf dan otot lainnya juga lebih sedikit. Penyebab dari kemunduran sel saraf dan berkurangnya dopamin biasanya tidak diketahui. Tampaknya faktor genetik tidak memegang peran utama, meskipun penyakit ini cenderung diturunkan.

Neurodegenerative disorders lainnya termasuk penyakit Alzheimer's, penyakit Huntington's, dan amyotrophic lateral sclerosis, atau penyakit Lou Gehrig's serta banyak penyakit mental lainnya.

Akan tetapi ada beberapa faktor risiko (multifaktorial) yang telah dikenalpasti dan mungkin menjadi penyebab penyakit parkinson yakni :

1. Usia, karena Penyakit Parkinson umumnya dijumpai pada usia lanjut dan jarang timbul pada usia di bawah 30 tahun.

2. Ras, di mana orang kulit putih lebih sering mendapat penyakit Parkinson daripada orang Asia dan Afrika.

3. Genetik, factor genetik amat penting dengan penemuan pelbagai kecacatan pada gen tertentu yang terdapat pada penderita Penyakit Parkinson, khususnya penderita Parkinson pada usia muda.

4. Toksin (seperti 1-methyl-4-phenyl-1,2,3,6-trihidroxypyridine (MPTP), CO, Mn, Mg, CS2, methanol, etanol dan sianida), penggunaan herbisida dan pestisida, serta jangkitan.

5. Cedera kranio serebral, meski peranannya masih belum jelas, dan

6. Tekanan emosional, yang juga dipercayai menjadi faktor risiko.

Diagnosa Gejala Penyakit Parkinson

4 Tanda dan gejala utama Penyakit Parkinson:

  1. Menggeletar (pada jari, tangan, kaki, rahang dan / atau muka)
  2. Kaku pada anggota badan (tangan, kaki dan / atau tubuh badan - Rigidity)
  3. Pergerakan badan yang perlahan (Bradykinesia)
  4. Masalah ketidakseimbangan postur dan koordinasi badan yang dapat mengakibatkan jatuh.
Penyakit Parkinson dimulai secara samar-samar dan berkembang secara perlahan. Pada banyak penderita, pada mulanya Penyakit Parkinson muncul sebagai tremor (gemetar) tangan ketika sedang beristirahat, tremor akan berkurang jika tangan digerakkan secara sengaja dan menghilang selama tidur. Stres emosional atau kelelahan bisa memperberat tremor. Pada awalnya tremor terjadi pada satu tangan, akhirnya akan mengenai tangan lainnya, lengan dan tungkai. Tremor juga akan mengenai rahang, lidah, kening dan kelopak mata.

Pada sepertiga penderita Penyakit Parkinson, tremor bukan merupakan gejala awal; pada penderita lainnya tremor semakin berkurang sejalan dengan berkembangnya penyakit dan sisanya tidak pernah mengalami tremor.

Penderita Penyakit Parkinson mengalami kesulitan dalam memulai suatu pergerakan dan terjadi kekakuan otot. Jika lengan bawah ditekuk ke belakang atau diluruskan oleh orang lain, maka gerakannya terasa kaku. Kekakuan dan imobilitas bisa menyebabkan sakit otot dan kelelahan. Kekakuan dan kesulitan dalam memulai suatu pergerakan bisa menyebabkan berbagai kesulitan. Otot-otot kecil di tangan seringkali mengalami gangguan, sehingga pekerjaan sehari -hari (misalnya mengancingkan baju dan mengikat tali sepatu) semakin sulit dilakukan.

Penderita Penyakit Parkinson mengalami kesulitan dalam melangkah dan seringkali berjalan tertatih-tatih dimana lengannya tidak berayun sesuai dengan langkahnya. Jika penderita Penyakit Parkinson sudah mulai berjalan, mereka mengalami kesulitan untuk berhenti atau berbalik. Langkahnya bertambah cepat sehingga mendorong mereka untuk berlari kecil supaya tidak terjatuh. Sikap tubuhnya menjadi bungkuk dan sulit mempertahankan keseimbangan sehingga cenderung jatuh ke depan atau ke belakang.

Wajah penderita Penyakit Parkinson menjadi kurang ekspresif karena otot-otot wajah untuk membentuk ekspresi tidak bergerak. Kadang berkurangnya ekspresi wajah ini disalah artikan sebagai depresi, walaupun memang banyak penderita Penyakit Parkinson yang akhirnya mengalami depresi. Pandangan tampak kosong dengan mulut terbuka dan matanya jarang mengedip. Penderita Penyakit Parkinson seringkali ileran atau tersedak karena kekakuan pada otot wajah dan tenggorokan menyebabkan kesulitan menelan. Penderita Penyakit Parkinson berbicara sangat pelan dan tanpa aksen (monoton) dan menjadi gagap karena mengalami kesulitan dalam mengartikulasikan fikirannya.

Sebagian besar penderita memiliki intelektual yang normal, tetapi ada juga yang menjadi pikun.

PERAWATAN PENDERITA PENYAKIT PARKINSON

Pengobatan Penyakit Parkinson memiliki sejarah yang cukup panjang. Fakta menunjukkan bahawa terdapat penurunan kadar dopamin pada Penyakit Parkinson di awal tahun 1960-an, membawa dunia pengobatan kepada penemuan obat levodopa, suatu prekursor dopamin, yang secara efektif dapat memperbaiki gejala-gejala pada Penyakit Parkinson (kajian oleh Barbeau 1962; Birkmayer & Hornikewicz 1962; serta Cotzias et al 1967). Namun levodopa tersebut tidak menyembuhkan penyakit atau menghentikan perkembangan Penyakit Parkinson, tetapi obat-obat tersebut menyebabkan penderita lebih mudah melakukan suatu gerakan dan memperpanjang harapan hidup penderita.

Selain terapi farmakologi, intervensi pembedahan juga memiliki sejarah panjang hingga wujudnya teknik-teknik seperti palidotomi, thalamotomi dan deep brain stimulation. Kajian terakhir melaporkan bahwa Ernest Arenas dan rekannya telah mengenalpasti sumber baru untuk sel dopamin yang berasal dari neuron sel stem otak tengah bahagian ventral (Ventral Midbrain (VM) neuron stem cell). Sel stem dimunculkan sebagai tawaran menarik dalam terapi penggantian sel pada penyakit parkinson karena mempunyai kapasita yang besar untuk menghasilkan sel dopamin (Arenas, et al, 2008).

Baca juga info kesehatan "10 Kebiasaan Yang Merusak Kesehatan Otak Kita"

Sumber: dari perbagai sumber
Read more ...

Monday, 22 June 2009

DIET SESUAI DENGAN GOLONGAN DARAH --- Bisa Menurunkan Berat Badan ?

DIET SESUAI DENGAN GOLONGAN DARAH --- Bisa Menurunkan Berat Badan ?


Diet sesuai dengan golongan darah diperkenalkan oleh Peter J D’ Adamo ND, seorang dokter naturopathic, dan diyakini punya banyak manfaat, di antaranya membuat tubuh jadi lebih sehat dan bugar. Bahkan bisa menurunkan berat badan.


Sejak dikenalkan tahun 1996, semakin banyak orang yang menjalani diet sesuai golongan darah. Artinya, mereka hanya mengonsumsi makanan tertentu yang sesuai dengan golongan darahnya, apakah O, A, B atau AB.


Dalam bukunya berjudul "Eat Right For Your Type", Dr. D’Adamo menyebutkan bahwa manusia yang memiliki tipe darah berbeda pasti memiliki respon atau tanggapan terhadap makanan yang berbeda pula. Gagasan ini berakar pada sejarah evolusi, khususnya yang berkaitan dengan perbedaan golongan darah (O, A, B, dan AB).


Perbedaan Tipe


Menurut D’Adamo, setiap golongan darah itu unik, dan setiap golongan darah memberikan reaksi yang merugikan ketika mengkonsumsi makanan tertentu. Hal itulah yang bisa menyebabkan masalah kesehatan kemudian. Menyesuaikan diet dengan golongan darah akan menghasilkan pencernaan dan penyerapan makanan yang lebih efisien, berikut ini sifat masing-masing golongan darah :


Golongan Darah O (Tipe Pemburu)


Tipe golongan darah O adalah pemburu sejati, yang cenderung aktif dan berotot. Sistem kekebalan tubuhnya berlebihan, mudah beradaptasi dengan lingkungan dan jika stress akan melakukan aktivitas fisik sebagai respon terhadap stess. Orang dengan golongan darah O beresiko menderita penyakit radang dan kerusakan organ seperti arthritis, jika makanan yang dikonsumsi tidak sesuai. Sesuai dengan karakteristiknya yang karnivora, pemilik golongan darah O perlu melakukan banyak aktivitas fisik untuk memperoleh kesehatan prima. Karena itu, pemilik golongan darah O harus banyak makan daging, yang diimbangi dengan konsumsi sayur dalam jumlah sedikit hingga sedang. Tapi, produk-produk susu dan gandum sedapat mungkin dihindari karena menyebabkan kegemukan.
Sayuran seperti kobis , kol kembang dan taoge tidak baik dikonsumsi karena meredam fungsi tiroid yang menyebabkan kelelahan dan pertambahan berat badan. Kopi juga harus ditinggalkan.


Golongan Darah A (Tipe Petani)


Berdasarkan teori evolusi, golongan darah A muncul ketika manusia yang tadinya bergolongan darah O berubah gaya hidup jadi peramu dan kemudian agraris. Sistem kekebalan tubuhnya tidak sekuat orang bertipe golongan darah O. Jika stres, ia akan melakukan meditasi. Ia juga memiliki saluran pencernaan yang sensitive. Pemilik golongan darah A dianjurkan menjadi vegetarian atau mengonsumsi makanan yang tinggi karbohidrat dan rendah lemak, serta menghindari produk susu dan daging.


Golongan Darah B (Tipe Nomad)


Tipe golongan darah B muncul akibat percampuran dari berbagai ras dan terjadinya migrasi dari Afrika ke Eropa, Asia dan Amerika. Tipe golongan darah ini merupakan tipe yang paling seimbang. Sistem kekebalan tubuhnya kuat, dan jika stres sangat cocok melakukan pekerjaan yang menuntut kreativitas. Dianjurkan melakukan diet dengan berbagai variasi dari semua tipe golongan darah, namun paling cocok dengan asupan susu dan hasil produknya. Selain itu, tipe golongan darah B ini juga dianjurkan melakukan latihan gerak, seperti renang dan jalan kaki. Bila makanan yang dikonsumsi tidak cocok, orang dengan tipe golongan darah ini beresiko tinggi terkena virus yang menyerang system saraf.


Golongan Darah AB (Tipe Enigma )


Di zaman modern, evolusi tipe golongan darah AB muncul sebagai akibat dari semakin banyaknya aneka ragam manusia. Gabungan dari tipe golongan darah A dan B. Tipe golongan darah ini memiliki system kekebalan tubuh yang toleran. Jika stres, respon yang dikeluarkan adalah melakukan kegiatan spiritual yang disertai dengan aktivitas fisik dan kreativitas. Paling mampu beradaptasi terhadap perubahan lingkungan dan bentuk diet.


Terkait Lektin


Metode diet sesuai dengan golongan darah memang masih jadi perdebatan di kalangan para ilmuwan. Sebab, diet tersebut dianggap kurang bisa memenuhi pola gizi seimbang. Atau tidak menjamin terpenuhinya semua unsure gizi, seperti : karbohidrat, protein, lemak dan mineral yang cukup. Walaupun begitu, diet sesuai dengan golongan darah secara ilmiah bisa dilogika terutama terkait dengan adanya lektin.


Lektin adalah protein yang umumnya terdapat dalam makanan. Khususnya, biji-bijian dari tanaman kacang-kacangan. Protein yang masuk dalam tubuh ini hanya cocok dengan tipe golongan darah tertentu. Ketika lektin yang masuk tidak sesuai dengan golongan darah seseorang, maka akan terjadi penggumpalan darah akibat lektin itulah yang menyebabkan seseorang mengeluhkan kondisi kesehatannya. Lektin bisa berdampak buruk ketika berada dalam tubuh dan bahkan bisa merusak kesehatan.


Jika anda makan suatu makanan yang kandungan lektinnya tidak cocok dengan golongan darah anda, lektin bisa merusak salah satu organ atau system dalam tubuh. Hal itu bisa berdampak negative pada sel-sel darah dan mungkin bisa menimbulkan penyakit serius seperti ginjal dan kanker. Dampak negative bisa dihindari dengan hanya mengonsumsi makanan yang sesuai dengan golongan darah.


D’Adamo juga berteori bahwa kemampuan seseorang mencerna makanan bervariasi bergantung pada golongan darah masing-masing. Sebagai contoh, orang dengan golongan darah O bisa mencerna daging secara efisien karena mereka cenderung punya asam lambung dalam kadar yang tinggi. Sebaliknya, kadar asam lambung pemilik golongan darah A rendah dan daging yang tidak bisa dicernanya disimpan sebagai lemak. Setiap golongan darah mempunyai kadar asam lambung dan enzim-enzim pencernaan yang berbeda. Variasi ini menciptakan adanya perbedaan dalam hal bagaimana makanan dicerna dan diserap dan bagaimana lemak dimetabolisasikan.

Banyak orang yang menyukai diet golongan darah ini karena mereka tidak perlu repot-repot menghitung angka-angka kalori ataupun berat lemak. Diet ini justru menekankan untuk mengkonsumsi makanan-makanan tertentu dalam jumlah sesuka hati anda.

Baca juga info kesehatan "Diet Rendah Protein untuk Penderita Gagal Ginjal"


Read more ...

Sunday, 21 June 2009

Minum Kopi atau Teh Setelah Makan Tidak Sehat ?

Minum Kopi atau Teh Setelah Makan Tidak Sehat ?

Minum Kopi atau teh bukan hanya sekadar tuntutan selera, tetapi bagi sebagian masyarakat perkotaan, menikmati kopi atau sudah menjadi bagian dari gaya hidup mereka. Ketika melakukannya, tidak hanya sekadar minum begitu saja. melainkan sambil melakukan berbagai aktivitas, di antaranya melakukan transaksi bisnis dengan klien, atau dijadikan tempat arena berkomunikasi dengan keluarga, maupun sekadar bersantai dan berkumpul bersama kawan. Apalagi menikmati kopi atau teh sambil bersantai didukung dengan tempat yang nyaman.

Meskipun kopi atau teh baik untuk kesehatan, namun konsumsinya harus dibatasi. Untuk itu Anda harus tahu bagaimana caranya membatasi diri untuk menghindari efek sampingnya. Sebuah survei menyebutkan beberapa hal mengenai kebiasaan minum kopi atau teh setelah makan siang dan makan malam. Dalam survei dijelaskan bahwa minum kopi atau teh setelah makan akan berbahaya bagi kesehatan sistem pencernaan. Kopi atau teh menyerap protein, zat besi dan vitamin dari makanan yang sebelumnya dimakan, sehingga makanan tidak dapat dicerna dengan baik.

Nah, jika hal tersebut dilakukan berangsur-angsur, tidak menutup kemungkinan akan terjadinya gangguan kesehatan pada pencernaan. Sebelum semuanya merugikan, tidak ada salahnya mencoba menanggulanginya dari awal. Berikut ini adalah beberapa tips berguna bagi pecandu kopi atau teh untuk mengelola asupan kopi atau teh :

Hindari minum kopi atau teh setelah makan malam atau makan siang, karena dapat membahayakan sistem pencernaan. Ganti dengan minuman yang menyehatkan seperti air putih. Setelah beberapa jam baru bisa menyeruput kopi atau teh.

Berikan jeda untuk minum teh atau kopi antara 1- 2 jam setelah makan. Berikan waktu kepada sistem pencernaan untuk bekerja menyerap gizi yang terkandung dalam makanan sebelum kopi atau teh masuk.

Jika Anda tidak bisa menahan rasa ketagihan teh dan kopi. Maka Anda harus mencoba mensiasatinya, yaitu dengan membuat kandungan kopi dan teh cukup ringan untuk pencernaan dengan menambahkan susu, atau es krim pada kopi atau lemon untuk tambahan teh.

Sumber: Dari berbagai sumber

Read more ...