IKLAN BULAN INI

Showing posts with label Urban Management. Show all posts
Showing posts with label Urban Management. Show all posts

Wednesday, 15 September 2010

Hujan Turun Sebentar, Banjir di Mana-mana

Rabu, 15 September 2010 - 17:58 WIB

KEBON JERUK (Pos Kota) – Program refungsi saluran air yang digencarkan Pemkot Jakarta Barat ternyata hasilnya kurang maksimal. Hujan turun beberapa jam saja pada Rabu (15/9) membuat sejumlah kawasan di Jakbar kembali tergenang air hingga 30 Cm lebih. Untung saja masih dalam suasana Lebaran, sehingga maraknya genangan air di seantero Jakbar tidak sampai menyebabkan kemacetan lalu lintas.

Pantauan Pos Kota, genangan air akibat buruknya saluran air yang ada misalnya di sepanjang kedua sisi di Jalan Arteri Kedoya, Kecamatan Kebon Jeruk. Saluran tampak mampet ditambah lagi banyak sampah.

“Salurannya memang belum pernah dikeruk jadi setiap hujan tak heran kawasan ini rawan genangan air,” kata Syamsulbahri, warga Kedoya.

Kondisi serupa juga terlihat di sepanjang Jalan Tubagus Angke, Kel. Wijayakusuma. Bahkan genangan air juga menimpa ratusan rumah warga di komplek Duta Mas, mulai dari depan pintu masuk sudah disambut genangan setinggi 20an Cm.

“Baru beberapa jam, lagi-lagi jalanan di komplek ini tergenang air,” keluh Shanti, warga setempat.

Walikota Jakbar Burhanudin menjelaskan, penanganan banjir di Jakbar tetap menjadi prioritas. Salah satunya melalui refungsi saluran dan untuk itu ia berharap Sudin PU Tata Air dapat menuntaskannya secara maksimal. (Rachmi/B)

http://www.poskota.co.id/berita-terkini/2010/09/15/hujan-turun-sebentar-banjir-di-mana-mana
Read more ...

Tuesday, 1 June 2010

Menkes: Contohlah Padangpanjang


Senin, 31 Mei 2010 21:41 WIB

Menkes Endang Rahayu Sedyaningsih.

Padangpanjang (ANTARA News) - Menkes Endang Rahayu Sedyaningsih mengatakan, Kota Padangpanjang, Sumbar, patut menjadi contoh dalam mewujudkan kota sehat dan bersih, karena tak hanya berupaya menetapkan kawasan bebas asap rokok tetapi juga gencar mempromosikan tanaman organik.

"Kita mengimbau kabupaten dan kota lain di Indonesia untuk mencontoh Kota Padangpanjang, soal upaya menjadikan daerah bebas rokok dan mewujudkan kota sehat dan bersih," kata Menkes seusai Peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia di Lapangan Gunung Sejati, Padangpanjang, Senin.

Menurut Menkes, penerapan kawasan bebas asap rokok di daerah lain sangat tergantung pada komitmen kepala daerahnya dan jika bupati dan wali kota mempunyai komitmen terhadap kesehatan masyarakatnya, maka kendala bisa diatasi.

Menyinggung soal target, Menkes mengatakan, "Kita (pemerintah) hanya mengimbau karena untuk menjadikan kawasan bebas tembakau/rokok adalah wewenang pimpinan daerah."

Kendati demikian, apa yang telah dimulai Kota Padangpanjang dalam upaya mewujudkan sebagai kota sehat, bisa dicontoh dan diikuti daerah lain.

"Pemkot Padangpanjang sangat gencar juga mempromosikan dan pengembangan tanaman organik, sehingga daerah ini akan betul-betul bersih dan sehat," kata Menkes.

Pada kesempatan itu, Menkes menyerahkan bantuan kendaraan khusus Penyakit Tidak Menular sebagai media edukasi, deteksi dini faktor resiko PTM dan evakuasi korban untuk masyarakat Padangpanjang.

Peringatan HTTS 2010 dihadiri Gubernur Sumbar, Marlis Rahman, bupati dan wali kota di Sumbar, serta pejabat dari Menkes serta utusan dari WHO dan Komisi Nasional Perlindungan Anak.(*)

KR-SA/H-KWR

http://www.antaranews.com/berita/1275316892/menkes-contohlah-padangpanjang
Read more ...

Drainase di Makassar Tercemar

Selasa, 1 Juni 2010 | 08:06 WITA

Makassar, Tribun - Sejumlah titik drainase di Kota Makassar disinyalir telah tercemar limbah cair, terutama kotoran atau sisa lemak makanan dari hasil buangan sejumlah rumah makan dan restoran.

Walikota Makassar, Ilham Arief Sirajuddin, mencontohkan, sejumlah lokasi yang mengalami pencemaran antara lain di Jl Sulawesi, Jl Serui, Jl Timor, serta sejumlah sudut kota lainnya.
"Makassar harus dibebaskan dari sumbatan limbah kotoran dari sisa lemak makanan pada drainase-drainase," kata Ilham di sela-sela sosialisasi penggunaan alat penyaring kotoran dan sisa lemak makanan di Ruang Pola Balaikota, Makassar, Senin (31/5).
Untuk itu, Ilham mengatakan, pada tahun 2011nanti pemerintah kota akan membangun instalasi pengolahan air limbah yang didanai oleh APBN. Instalasi yang bernilai 50 Milyar ini nanti diharap mampu mengatasi permasalahan limbah di Makassar
Ilham menyebutkan regulasi untuk melakukan pengawasan dan pengendalian terhadap lingkungan hidup yang diatur dalam UU Nomor 32 tahun 2010 menjelaskan bahwa setiap usaha atau kegiatan wajib memiliki izin lingkungan.
Apabila telah terjadi pencemaran, maka setiap orang atau usaha wajib melakukan penanggulangan dan pemulihan.
Bahkan pada pasal 98 sampai pasal 105 telah jelas memberikan denda antara Rp 1 milyar sampai Rp 3 milyar kepada pihak yang telah melakukan tindakan yang mengakibatkan terlampauinya baku mutu yang telah ditetapkan.
Selain denda, perusak lingkungan pun diberikan hukuman pidana serendah rendahnya penjara selama satu tahun.
Sosialisasi ini dihadiri sejumlah pemilik rumah makan, restoran, serta pengelola hotel. Turut hadir Direktur Marketing PT Indogreend, Jack Maulana.
Jack memperkenal salah satu teknologi yang dapat dimanfaatkan oleh rumah makan dan perumahan dalam mengolah limbah cair rumah makan terutama penyaringan kotoran atau sisa lemak makanan.
Sementara Kepala Lingkungan Hidup Daerah Kota Makassar, H Kusayyeng, mengatakan, limbah-limbah yang ada di drainase telah melewati standar baku mutu yang telah ditetapkan oleh pemerintah.
Kusayyeng menjelaskan, saat ini pemerintah kota Makassar tengah mengkaji rencana penerbitan perda tentang perlindungan dan pengolaan lingkungan hidup sebagai payung hukum dalam pelaksanaan pengawasan lingkungan di lapangan nanti.(nda/mam/cr8)

http://www.tribun-timur.com/read/artikel/108263/Drainase-di-Makassar-Tercemar
Read more ...

Sunday, 30 May 2010

Dinkes Imbau Warga Ubah Pola Hidup

Selasa, 1 Juni 2010 - 14:01 WIB

SURABAYA (Pos Kota)- Pola hidup masyarakat dinilai masih kurang, terutama masalah kebersihan. Apalagi dalam beberapa pekan terakhir ini curah hujan cukup tinggi. Karena itu Dinas Kesehatan Pemerintah Provinsi Jawa Timur (Dinkes Pemprov Jatim) mengimbau agar warga mengubah pola hidup.

Berdasarkan catatan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur (Dinkes Pemprov Jatim) sebanyak 185 orang meninggal akibat gigitan nyamuk aides aigepty.

Kepala Dinkes Propinsi Jatim dr Puji Rahayu mengatakan, Tingkat kenaikan DBD di Jatim cukup tinggi. “Hingga bulan April 2010 ini, kita mencatat ada 18.631 penderita DBD, 185 diantaranya meninggal dunia. Jika kita membuka data kembali di tahun 2009 lalu hanya 144 jiwa yang meninggal. Artinya, ada peningkatan yang cukup tinggi,” ungkap dr Puji Rahyu, Selasa, (1/6).

DBD disebabkan oleh sejumlah faktor. Diantaranya, cuaca atau iklim yang tidak menentu, dan juga kurangnya kesadaran masyarakat tentang pola hidup bersih. “Pengaruh cuaca seperti curah hujan yang terjadi beberapa bulan ini sangat berpengaruh, sehingga menimbulkan genangan air. Kesadaran masyarakat masih sangat rendah,” ujarnya.

http://www.poskota.co.id/gaya-hidup/2010/06/01/dinkes-imbau-warga-ubah-pola-hidup
Read more ...

Wednesday, 26 May 2010

Transportasi Umum Dibuat Menarik Agar Kurangi Mobil Pribadi

Rabu, 26 Mei 2010, 16:08 WIB

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Untuk mengurangi pengguna kendaraan pribadi, maka transportasi umum harus menarik. Itulah pendapat Wakil Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Prof Dr Lukman Hakim di sela-sela Konferensi Jerman-Asean soal teknologi transportasi masal di LIPI, Jakarta, Rabu (26/05).

''Untuk mengatasi kemacetan, maka harus kurangi kendaraan pribadi yang sekarang sudah melebihi kapasitas jalan raya. Untuk mengurangi kendaraan pribadi, maka kendaraan umum harus menarik,'' kata Lukman saat menanggapi materi yang disampaikan oleh peneliti Singapura dalam konferensi tersebut.

Dia mengambil contoh, di Singapura, pemilik kendaraan pribadi itu dibatasi oleh pemerintah. Rasio penggunaan mobil pribadi di sana adalah 1 mobil banding 10 orang. Penduduknya sebanyak 5 juta orang, sedangkan bus-nya sebanyak 5.000 unit dalam keadaan yang bagus dan nyaman.''Kalau di kita, bus-busnya memprihatinkan. Mana menariknya? Ini harus mendapatkan perhatian serius,'' sambungnya.

Tak hanya itu, pertambahan kendartaan untuk di Jakarta saja, kata Lukman, ternyata cukup mencengangkan. Dari penelitian LIPI, terdapat penambahan 500 unit mobil dan 800 unit motor per harinya.

Berkaca pada contoh Singapura, Lukman menilai, pemerintah harus tegas dalam kebijakannya. Hanya, masalah inilah yang belum ada dari pemerintah. ''Pemerintah kita masih mengutamakan kepentingan para pengguna kendaraan dibanding masyarakat.''

Dikatakannya, soal transportasi masal, banyak prinsip-prinsip yang harus dipelajari. Bila pemerintah ingin tetap menjaga populasi kendaraannya tinggi, harus dipikirkan bagaimana melayani dan meningkatkan mobilitas antar penduduk.

Karena itu, dalam konferensi Jerman-Asean ini, LIPI menjaring pilihan-pilihan yang tepat untuk pengembangan transportasi masal nasional. ''Kita belum komprehensif. Kita ingin banyak mendengar untuk pengembangan lebih jauh.''

Red: Krisman Purwoko
Rep: wed

http://www.republika.co.id/berita/breaking-news/nasional/10/05/26/117276-transportasi-umum-dibuat-menarik-agar-kurangi-mobil-pribadi
Read more ...

Dikucurkan Rp 3,9 Miliar Untuk Keluarga Miskin di Indramayu

Rabu, 26 Mei 2010 - 15:19 WIB

INDRAMAYU (Pos Kota) – Pemkab Indramayu mulai meluncurkan program PNPM Mandiri di 51 Desa dalam 4 kecamatan yaitu; Sukra, Indramayu, Jatibarang, Haurgeulis senilai Rp2,8 miliar dari APBN dan Rp1,1 Miliar dari APBD Pemkab Indramayu Tahun 2010.

Peluncuran program PNPM Mandiri untuk 2 Kecamatan Indramayu dan Jatibarang diluncurkan Bupati Indramayu H. Irianto MS Syafiuddin, Rabu (26/5) di Desa Telukagung dan Kebulen.

Kadis Cipta Karya Indramayu Susanto, didampingi Nurman di Desa Telukagung mengemukakan, sasaran program PNPM Mandiri adalah masyarakat miskin yang tinggal di perkotaan.

Dana PNPM Mandiri berasal dari bantuan salah satu Bank Islam yang berpusat di Arab Saudi. Dana dari APBN itu sifatnya hibah dikucurkan ke daerah dipadu dana penyertaan dari APBD Pemkab Indramayu. Dana itu kemudian digunakan untuk membiayai program yang diajukan masyarakat dan dilaksanakan sendiri.

“Ini merupakan kegiatan memotivasi masyarakat. Sehingga mereka berani mengajukan program kepada pemerintah yang dilaksanakan oleh masyarakat sendiri. Kami harapkan desa- desa berani mengajukan program jangka menengah dari dana stimulan,” katanya.

Dana itu digunakan untuk pembangunan infrastruktur masyarakat miskin dan modal berputar, kata Susanto.(taryani/B).

http://www.poskota.co.id/berita-terkini/2010/05/26/dikucurkan-rp-39-miliar-untuk-keluarga-miskin-di-indramayu
Read more ...

16 Titik Reklame Kadaluarsa Ditertibkan

Rabu, 26 Mei 2010 | 15:59 WIB

TEMPO Interaktif, Jakarta -Pemerintah Provinsi DKI Jakarta telah menertibkan 16 titik reklame yang telah melewati masa izin diturunkan. "Sudah 16 titik ditertibkan," kata Kepala Badan Pengelola Kekayaan Daerah DKI, Sukri Bey, siang ini.

Enam belas titik tersebut, kata Sukri tidak hanya terdapat di White Area atau zona bebas reklame. Yang termasuk dalam zona putih itu beberapa di antaranya Jalan Sudirman, Thmarin, kawasan Monumen Nasional, Patung Pak Tani, dan beberapa lokasi interchange seperti Pluit dan Cawang.

Sukri mengakui belum mengetahui jumlah reklame yang izinnya telah habis. "Masih kami proses," ujarnya.

Sebelumnya, Badan Pengelolaan Keuangan Daerah telah membuat kesepakatan bersama empat asosiasi reklame di Jakarta. Asosiasi yang dilibatkan dalam kesepakatan adalah Asosiasi Media Luar Griya, Asosiasi Perusahaan Periklanan Luar Ruang Seluruh Indonesia, Outdoor Advertising Association of Indonesia dan Serikat Pengusaha Reklame Jakarta.

Kesepakatan itu menghasilkan bahwa asosiasi tidak akan meletakkan reklame di kawasan White Ares serta beberapa kawasan lainnya. Hal ini dibuat agar mendukung kebijakan penataan reklame di lokasi tersebut.

Pemerintah, kata Sukri, dalam hal ini akan memberikan sanksi langsung bagi reklame yang sudah melewati izin, namun masih tetap terpasang. "Tiga kali diimbau tidak dipenuhi, kami langsung turunkan (reklame)," katanya.

SUTJI DECILYA

http://www.tempointeraktif.com/hg/jakarta/2010/05/26/brk,20100526-250650,id.html
Read more ...

Sumut krisis lahan pertanian!

Wednesday, 26 May 2010 00:10

MEDAN - Pencetakan sawah baru di Sumatera Utara sudah sangat mendesak. Pasalnya, alih fungsi lahan pertanian dan persawahan ke non pertanian dalam lima tahun terakhir terus meningkat.

”Alih fungsi lahan pertanian ke non pertanian di Sumut setiap tahunnya terus bertambah. Inilah salah satu yang menjadi permasalahan di bidang pertanian yang kami hadapi sekarang ini,” kata Kadis Pertanian Provinsi Sumatera Utara, M Roem S, di Medan, tadi malam.

Menurut Roem, masalah alih fungsi lahan pertanian dan persawahan harus menjadi perhatian serius semua pihak. Sebab, alih fungsi lahan berdampak pada menurunnya produksi padi di Sumatera Utara hingga mencapai 66.617 ton.

”Tahun 2008 lahan sawah yang ditanami di Sumut seluas 478.521 hektar. Tahun 2009 menyusut menjadi 464.256 ha. Alihfungsi lahan ini mau tak mau harus dihentikan. Kita juga harus segera mencetak sawah baru mengimbangi alih fungsi lahan yang terus meningkat ini,” ujarnya.

Menurut Roem, selain mencetak sawah baru, upaya lain yang bisa menekan petani agar tidak mengalihkan lahan sawahnya untuk tanaman keras, seperti kelapa sawit, karet, coklat dan pengembangan perumahan lainnya, yakni harus ada payung hukum yang mengaturnya.

“Kita bersyukur telah ada Undang-Undang (UU) tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan,” katanya.

Dia menjelaskan, UU itu antara lain mengatur sanksi hukum bagi para pelanggarnya, termasuk pejabat yang melanggar tata ruang dan mengeluarkan izin pengalihan lahan pertanian pangan berkelanjutan. Selain denda sebesar Rp500 juta, pelanggar UU ini akan dikenai pidana penjara 1-5 tahun.

”Sekarang ini kita tinggal menunggu Peraturan Pemerintah. Setelah PP-nya turun, barulah dibuat Perda di provinsi dan kabupaten,” ujarnya.

Menurut Roem, salah satu penyebab tidak terbendungnya tren alih fungsi lahan pertanian dan persawahan di berbagai daerah di Sumatera Utara, seperti di Kabupaten Asahan, Langkat, Labuhan Batu dan lainnya karena ketersediaan air minim. Akibatnya, petani mengalihkan lahan sawahnya ke tanaman keras, seperti sawit, karet, coklat dan lainnya.

Ditanya rencana pencetakan sawah baru? Menurut Roem, untuk 2010 ini, pihaknya menargetkan mencetak 4.500 hektar sawah di Sumut. Bahkan, kata M Roem, tim survei telah turun ke sejumlah daerah di Sumut.

Daerah yang disurvei, seperti di kabupaten Simalungun, ada sekitar 1.200 hektar lahan yang direncanakan untuk pencetakan sawah baru. Berikutnya, di kabupaten Labuhan Batu Selatan ada 1.600 hektar, Labuhan Batu Utara 1200 hektar dan kabupaten Asahan ada 500 hektar.

”Harapan kita, pada 2010 ini terealisasi 3.500 hektar pencetakan sawah baru, sehingga Sumut sebagai daerah lumbung beras nomor lima nasional dapat dipertahankan,” harapnya.

Editor: NORA DELIYANA LUMBANGAOL
(dat04/wsp)

http://www.waspada.co.id/index.php?option=com_content&view=article&id=117538:sumut-krisis-lahan-pertanian&catid=77:fokusutama&Itemid=131
Read more ...

Armada Pengangkut Sampah Pemkot Tangsel Sangat Minim

Rabu, 26 Mei 2010, 15:54 WIB

REPUBLIKA.CO.ID, PAMULANG--Menurut Kepala Dinas Kebersihan, Pertamanan, dan Pemakaman (DKPP) Tangerang Selatan, Sudrajat, ada beberapa kendala yang ia hadapi dalam pengolahan masalah sampah di wilayahnya. Selain revitalisasi TPST Cipeucang yang sudah berfungsi namun tidak maksimal, jumlah armada pengangkut sampah juga sangat minim.

Saat ini, truk pengangkut sampah yang dioperasikan hanya sembilan unit. Idealnya, tiap kecamatan memiliki lima unit armada sampah. "Sehingga paling tidak Pemkot Tangsel memiliki 35 unit truk sampah," ujarnya.

Sudrajat berjanji untuk lebih memaksimalkan upayanya dalam menyelesaikan masalah sampah di Kota Tangsel yang sudah berlangsung selama enam bulan terakhir.

Sampah merupakan salah satu masalah yang dihadapi oleh Pemkot Tangsel. Tumpukkan sampah selalu di beberapa titik masih ada seperti di Pasar Ciputat, Jalan Raya Ciputat, Pasar Serpong, dan sekitarnya.

Sampah tersebut seringkali menyebabkan daerah lain ikut merasakan akibatnya. Pada 13 Januari 2010 yang lalu, enam truk sampah milik Pemkot Tangsel ditangkap aparat Satpol PP Kota Tangerang karena membuang sampah di TPA Rawa Kucing, Kota Tangerang. Selain itu, pada 9 Februari 2010 yang lalu, Pemkab Bogor sampai mengirimkan surat Somasi ke Pemkot Tangsel karena salah satu daerahnya di Gunung Sindur menjadi tempat pembuangan sampah yang berasal dari Kota Tangsel.
Red: Siwi Tri Puji.B
Rep: c25

http://www.republika.co.id/berita/breaking-news/metropolitan/10/05/26/117274-armada-pengangkut-sampah-pemkot-tangsel-sangat-minim
Read more ...

Sunday, 23 May 2010

Surakarta Siapkan Peraturan Pasar Modern

Minggu, 30 Mei 2010 | 15:16 WIB

TEMPO Interaktif, Surakarta - Pemerintah kota Surakarta tengah menyiapkan peraturan daerah (perda) tentang pasar modern. Aturan ini dibuat untuk melindungi pasar tradisional dari serbuan pasar modern.

Kepala Dinas Pengelolaan Pasar Surakarta Subagiyo mengatakan peraturan daerah tersebut disiapkan agar pasar modern tidak menjadi pesaing pasar tradisional. “Saling mendukung karena memiliki keunggulan masing-masing,” ujar Subagiyo kepada Tempo, Minggu (29/5).

Dia mencontohkan, dalam perda pengaturan pasar modern akan dibahas hal-hal teknis seputar operasional. Misalnya, larangan bagi pasar modern untuk beroperasi 24 jam. “Operasionalnya harusnya di luar jam operasional pasar tradisional yang biasanya dari dini hari hingga pagi menjelang siang,” tuturnya.

Sehingga dia mengusulkan jam operasi pasar modern antara pukul 10 pagi hingga 10 malam. Saat ini dia mengakui dari total 24 buah pasar modern berjejaringan, ada yang beroperasi selama 24 jam. “Nanti kalau sudah ada perdanya bisa ditertibkan,” tandasnya.

Selain jam operasional, lokasi pasar modern tidak boleh terlalu dekat dengan pasar tradisional. Mengingat geografis Surakarta, dia mengatakan paling tidak dalam radius 500 meter. “Kalau sekarang ini kan terlalu dekat,” katanya. Ia menambahkan bagi yang sudah telanjur berdiri dan beroperasi diberikan pengecualian.

Pasar modern juga akan diminta menggunakan tenaga kerja dari masyarakat sekitar sebagai bentuk pemberdayaan ekonomi. Juga, menjalin kemitraan dengan masyarakat sekitar. “Misalnya memberi kesempatan masyarakat sekitar untuk turut berjualan di sekitar lokasi dengan penyediaan tempat. Atau mengambil produk-produk masyarakat seperti kerajinan untuk dijual di pasar modern tersebut,” katanya.

Subagiyo mengatakan perda tersebut baru akan disusun setelah perda perlindungan dan pengelolaan pasar tradisional selesai dievaluasi Gubernur Jawa Tengah. “Setelah selesai, baru kami masuk ke perda untuk pasar modern. Mungkin akhir tahun ini sudah mulai masuk tahap pembahasan,” pungkasnya.

Sementara itu, Sekretaris Pasamuan Pasar Tradisional Surakarta Wiharto berharap kehadiran perda pengaturan pasar modern benar-benar mampu mengakomodir kepentingan pedagang tradisional. Dia berharap pasar tradisional tidak tergerus oleh pasar modern.

“Terutama yang perlu diatur terkait jarak dan jam operasional,” sebutnya. Selain itu, turut diperhatikan adalah tingkat kebutuhan masyarakat terhadap kehadiran pasar modern di lokasi tertentu.

UKKY PRIMARTANTYO

http://www.tempointeraktif.com/hg/nusa_lainnya/2010/05/30/brk,20100530-251301,id.html
Read more ...

Sunday, 28 February 2010

10 Persen Biaya Bangun Rumah Untuk Urus Izin

Senin, 1 Maret 2010 - 7:46 WIB

Menpera Sayangkan

JAKARTA (Pos Kota)-Menteri Perumahan Rakyat (Menpera), Suharso Monoarfa, menyayangkan adanya sebagian biaya pembangunan rumah murah yang tersedot untuk biaya perizinan. Dia memperkirakan sekitar 10 persen biaya pembangunan rumah sederhana sehat (RSH) dan rumah susun sederhana milik (Rusunami) tersedot untuk perizinan.

“Inilah salah satu penyebab adanya pengembang yang mengeluh sulit menekan harga jual rumah sederhana untuk masyarakat bawah,” katanya.

Dia mengaku akan melakukan penelitian lebih jauh soal biaya perizinan ini. Para pemangku kepentingan di sektor perumahan seperti REI dan Apersi diharapkan mau memberi masukan soal izin ini.

Pihak Menpera sendiri telah melakukan berbagai upaya untuk menekan besarnya biaya perizinan ini. Diantaranya melalui kerjasama dengan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) agar proses perizinan berjalan sebagaimana mestinya.

Jika biaya perizinan bisa ditekan dia yakin harga rumah sederhana bisa ditekan lagi. Untuk harga Rusunami bersubsidi yang selama ini dipatok Rp 144 juta bisa diturunkan menjadi sekitar Rp 117 juta saja jika biaya perizinan bisa dikurangi.

Soal perizinan ternyata bukan hanya biayanya saja yang sering diatas standar. Waktu pengurusannya juga sering tidak menentu. Misalnya izin yang seharusnya cukup satu minggu bisa molor menjadi satu bulan.

“Bagi pengusaha molornya waktu ini bisa berarti penambahan biaya lagi,” tegasnya.

(faisal/sir)

http://www.poskota.co.id/berita-terkini/2010/03/01/10-persen-biaya-bangun-rumah-untuk-urus-izin
Read more ...

Monday, 8 February 2010

Sulit Cari Kerja di Kota, Warga Surabaya Jadi Transmigran

Senin, 8 Februari 2010 | 8:29 WIB

SURABAYA– SURYA- Susahnya mencari nafkah memaksa warga Kota Surabaya bertransmigrasi ke luar pulau. Sebanyak 50 KK, bersama warga kota lain di Jatim, akan diberangkatkan tahun ini.

Data di Disnakertransduk Jatim menyebutkan, pada 2010 ini, ada 1.000 kepala keluarga (KK) atau sekitar 4.000 jiwa yang mengikuti program transmigrasi.

Selain berasal dari Madiun, Ponorogo, Lumajang, dan Probolinggo, ada juga ada 50 KK warga Surabaya yang mendaftar. Jumlah transmigran itu naik lebih dari 100 persen dibanding 2009 yang cuma diikuti sekitar 400 KK.

Kadisnakertransduk, Gentur S Prihantono mengatakan, sebelumnya tak ada warga Surabaya yang ikut transmigrasi. “Mungkin menganggur atau tak punya pekerjaan tetap, sehingga pilih transmigrasi,” ujarnya, Minggu (7/2).

Data di Bappeko Surabaya menyebutkan, pengangguran di kota berpenduduk lebih dari 3,2 juta jiwa ini terus meningkat. Pada 2008 tercatat sekitar 86.000. Akhir 2009, diperkirakan mencapai 172.000. Kalau tak ada langkah-langkah strategis menguranginya, pada 2010 jumlah pengangguran bisa mencapai 174.000 jiwa.

Menurut Gentur, para transmigran akan dikirim ke Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Papua, dan Maluku Utara. Khusus Papua dan Maluku, baru tahun ini jadi daerah tujuan transmigrasi. Di sana mereka diberi modal berupa lahan pertanian/perkebunan dua hektare lengkap dengan peralatan, rumah tipe38, dan uang saku untuk kebutuhan hidup sehari-hari selama dua tahun.

Selama setahun masa adaptasi, keberadaan mereka akan dipantau pemerintah. “Insya Allah Maret 2010, gelombang pertama diberangkatkan,” ujarnya.

Transmigrasi ini menyedot dana APBD Jatim 2010 Rp 8 miliar. “Dana itu untuk pendaftaran, pembekalan, hingga pemberangkatan,” tuturnya.

Sekdaprov Jatim, Rasiyo menambahkan, transmigrasi ini untuk mengurangi pengangguran. “Kami akan bidik daerah padat penduduk, seperti Surabaya,” tukasnya.

Selain transmigrasi, pemprov, kata Rasiyo, juga akan membuka peluang kerja dan menggulirkan sejumlah program pemberdayaan masyarakat untuk mengurangi jumlah angka pengangguran.

Anggota DPRD Jatim, Ahmad Nawardi menegaskan, adanya warga Surabaya yang ikut transmigrasi merupakan upaya coba-coba untuk mencari peruntungan. Ini karena mereka sulit mencari pekerjaan atau di-PHK. “Siapa tahu di sana sukses,” ungkap politisi PKB ini.

Meski demikian, pemkab/pemkot perlu membuka sebanyak-banyaknya peluang kerja bagi masyarakat. “Itupenting, karena seringkali peluang kerja yang ada tidak sebanding dengan jumlah pencari kerja,” kata Nawardi.nuji

http://www.surya.co.id/2010/02/08/sulit-cari-kerja-di-kota-warga-surabaya-jadi-transmigran.html
Read more ...

Friday, 5 February 2010

Mensos Tolak Razia Anak Jalanan

Thursday, 21 January 2010 06:43

Jakarta - Menteri Sosial, Salim Segaf Al Jufri menolak razia anak jalanan karena akan mempersulit pengungkapan fakta kekerasan pada mereka. Alternatifnya, Mensos meminta gubernur se-Indonesia untuk mendata anak jalanan dan berbagai permasalahan yang rentan menyerangnya. Sikap tersebut dituangkan dalam Surat Edaran Mensos yang dikirimkan ke seluruh Gubernur se-Indonesia. "Kami meminta Gubernur dan jajarannya menghindari tindakan razia.

Tindakan ini juga rentan terhadap pelanggaran Hak Asasi Manusia," kata Salim dalam press release yang diterima detikcom, Kamis (21/1/2010). Sebagai gantinya, pemerintah provinsi diharapkan mendata anak jalanan dan permasalahan yang rentan dihadapi oleh anak-anak jalanan. Langkah ini penting guna membuat kebijakan stategis bagi perlindungan hak-hak anak. Selanjutnya, Salim meminta pemerintah daerah membuat program pemberdayaan keluarga terutama kemiskinan dan kesehatan.

Pemda membuat data yang berisi profil anak jalanan, identifikasi korban kekerasan, dengan dipandu tenaga kesejahteraan sosial kecamatan," tambahnya. Guna memuluskan langkah tersebut, Mensos meminta koordinasi pemprov dengan pemkab/pemkot dalam rangka meningkatkan keterpaduan pelayanan kesejahteraan sosial anak. Jika semua data tersebut telah terkumpul, maka akan dilakukan gerakan nasional penarikan anak jalanan dari jalan," pungkasnya.

rri.co.id/dodo

http://www.rri.co.id/index.php?option=com_content&view=article&id=5595:mensos-tolak-razia-anak-jalanan&catid=17:sosial&Itemid=207
Read more ...

Puluhan Angkot dan Angdes Terjaring

Bukittinggi | Jumat, 05/02/2010 20:23 WIB

Langgar Lalulintas

Ikhwan Salim - Posmetro Padang

Seiring dengan sudah berakhirnya masa sosialisasi Undang-undang Nomor 22 tahun 2009 tentang lalulintas selama tujuh bulan, Polresta Bukittinggi sudah mulai menindak langsung angkutan umum yang melanggar lalulintas.

Setidaknya dalam patroli yang digelar Satlantas Polresta Bukittinggi beberapa waktu lalu, puluhan angkutan kota (angkot) dan angkutan pedesaan (angdes) diamankan di Mapolresta Bukittinggi.

Seperti disampaikan Kabag Ops Polresta Bukittinggi Kompol Arief Budiman SIK didampingi Kasat Lantas AKP Nasir, Jumat (5/2), kalau selama ini himbauan dan penindakan lebih didominasi oleh kendaraan roda dua. Namun, kali ini penindakan sudah mulai ditujukan pada angkutan umum.Berdasarkan patroli yang dilakukan.

Terdapat banyak kesalahan yang dilakukan oleh sopir angkutan umum di dalam kota secara kasat mata. Bagi kendaraan yang terbukti melakukan kesalahan langsung ditindak dan diamankan, sebab masa sosialisasi tentangt Undang-undang baru lalulintas sudah berlangsung selama sekitar tujuh bulan dan hal itu dirasa sudah cukup untuk langsung menerapkan peraturan yang baru. [*]

http://www.padang-today.com/?today=news&id=13403
Read more ...

Fauzi Bowo Berjanji Tambah Transportasi Massal

Sabtu, 06 Februari 2010 | 09:32 WIB

TEMPO Interaktif, Jakarta - Dalam acara "Aksi Peduli Keselamatan Lalu Lintas", Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo, mengutarakan lagi rencananya untuk menambah jumlah alat transportasi massal.

Dalam awal pidatonya, Fauzi memaparkan kondisi Jakarta yang sering macet. Ia menyebutkan faktor makin seringnya muncul kemacetan, selain karena bertambahnya jumlah kendaraan, adalah karena pemerintah belum mampu menambah ruas jalan.

"Susah terlaksana karena masalah pembebasan jalan," kata dia, di Taman Lalu Lintas Saka Bhayangkara, Cibubur, Sabtu (6/2).

Karena itu, yang bisa dilakukan pemerintah daerah untuk mengurangi kemacetan adalah dengan menambah jumlah transportasi massal seperti bus. "Busway akan kami perluas hingga Kabupaten Bekasi dan Tangerang. Kami juga akan merevitalisasi kereta api dan mulai merekonstruksi kereta bawah tanah," ujar Fauzi.

Sebelumnya, usai rapat pimpinan di kantornya pada Senin (1/2), Fauzi sudah menyebut rencana Pemda DKI untuk menambah lima koridor busway. Hanya, belum jelas kapan rencana tersebut dapat diimplementasikan, mengingat rencana penambahan koridor busway belum masuk dalam APBD tahun ini.

ISMA SAVITRI

http://www.tempointeraktif.com/hg/layanan_publik/2010/02/06/brk,20100206-223915,id.html
Read more ...

Efektivitas Pola Baru Subsidi Perumahan

Kamis, 4/2/2010 | 18:03 WIB

oleh BM Lukita Grahadyarini

Ke manakah arah program pembangunan perumahan rakyat? Pertanyaan itu terasa menggelitik tatkala menguat keraguan masyarakat terhadap komitmen pemerintah untuk merumahkan rakyat. Setidaknya 8,6 juta penduduk Indonesia saat ini tak bisa memiliki rumah dan jumlah itu masih mungkin bertambah.

Program bantuan pembiayaan perumahan yang digulirkan pemerintah sejak tahun 2007 bagi masyarakat menengah ke bawah, atau disebut program subsidi perumahan, tersandung sejumlah persoalan. Sepanjang tahun 2009, misalnya, subsidi kepemilikan rumah susun sederhana milik (rusunami) hanya tersalur untuk 62 unit dari total pengajuan subsidi sebanyak 2.000 unit.

Program subsidi perumahan menjanjikan masyarakat berpenghasilan di bawah Rp 4,5 juta per bulan memperoleh bantuan uang muka rumah ataupun subsidi selisih bunga kredit. Hunian bersubsidi berupa rumah susun sederhana milik yang harganya dipatok maksimum Rp 144 juta per unit dan rumah sederhana sehat dengan harga maksimum Rp 55 juta per unit.

Subsidi diberikan kepada tiga kelompok sasaran, yakni masyarakat berpenghasilan Rp 3,5 juta-Rp 4,5 juta per bulan (kelompok I), berpenghasilan Rp 2,5 juta-Rp 3,5 juta per bulan (kelompok II), dan berpenghasilan Rp 1,2 juta-Rp 2,5 juta.

Untuk konsumen rumah susun sederhana, nilai bantuan uang muka rumah Rp 5 juta-Rp 7 juta. Adapun untuk subsidi selisih suku bunga, kelompok I dikenai bunga 9,85 persen selama empat tahun. Kelompok II sebesar 8,85 persen untuk masa enam tahun dan kelompok III sebesar 7 persen selama delapan tahun. Jika tenor subsidi selisih bunga itu berakhir, konsumen rumah susun dikenai suku bunga pasar.

Dalam sebuah seminar pembiayaan properti di Jakarta, Menteri Perumahan Rakyat Suharso Monoarfa mengaku kecolongan. Kepemilikan rumah susun sederhana milik yang seharusnya diprioritaskan untuk rakyat kecil telah menjadi ladang investasi. ”Ada yang membeli rusunami untuk investasi kos-kosan,” ujarnya.

Guna menekan distorsi program perumahan rakyat, pihaknya berencana menggulirkan program baru subsidi, berupa subsidi langsung dengan cara menekan suku bunga kredit pada kisaran 7-8 persen per tahun selama jangka waktu pinjaman. Harapannya, masyarakat menengah ke bawah teringankan dalam mencicil rumah sehingga daya beli meningkat.

Pemerintah sedang mempersiapkan pembentukan lembaga penyedia fasilitas likuiditas yang berfungsi memberikan tambahan modal bagi perbankan dan tanpa dikenai bunga. Dengan demikian, bank diharapkan mampu menekan biaya pinjaman perumahan sehingga suku bunga kredit perumahan dan kredit konstruksi akan turun.

Permodalan lembaga penyedia likuiditas itu rencananya dihimpun dari APBN dan instansi yang memiliki tabungan perumahan seperti Bapertarum, serta Jamsostek. Penerapan pola subsidi baru dengan fasilitas likuiditas ditargetkan efektif mulai pertengahan tahun 2010.

Sebagai ilustrasi, dana pembiayaan perumahan berasal dari APBN tahun 2010 sebesar Rp 3,1 triliun, Bapertarum Rp 3 triliun, Jamsostek Rp 3 triliun, dan asuransi Rp 3 triliun. Dengan asumsi APBN dan Bapertarum mengenakan suku bunga kredit nol persen, sedangkan Jamsostek dan asuransi mengenakan suku bunga 4 persen, bunga kredit dapat dipangkas separuhnya menjadi 2 persen.

Jika ditambah dengan dana perumahan yang disediakan perbankan sebesar Rp 12 triliun, terkumpul dana pembiayaan perumahan total Rp 24 triliun. Apabila suku bunga kredit bank 13 persen per tahun, kumulatif suku bunga kredit dari pembiayaan bank dan nonbank itu menjadi 15 persen (13 + 2 persen) dibagi dua sehingga berada di kisaran 7,5-8 persen.

Dengan pola baru itu, pemerintah berniat menghapus harga patokan maksimum rumah bersubsidi, baik rumah susun sederhana milik maupun rumah sederhana sehat. Kriteria penghasilan konsumen yang berhak mendapat subsidi juga akan dikaji ulang. Pemerintah optimistis, dengan keringanan suku bunga kredit, masyarakat berpenghasilan Rp 4,5 juta per bulan sanggup membeli rumah seharga Rp 200 juta.

”Ke depan, kemampuan memiliki rumah murah akan ditentukan oleh tingkat penghasilan konsumen, masa cicilan, dan suku bunga kredit,” ujar Suharso.

Perubahan regulasi

Pola baru yang ditawarkan pemerintah disambut baik oleh kalangan pengembang. Ketua Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perusahaan Real Estat Indonesia Teguh F Satria mengungkapkan, pola baru itu akan memecah kebuntuan pembiayaan rumah rakyat. Keringanan bunga kredit konstruksi akan menggairahkan pengembang untuk membangun rumah rakyat.

Adapun Direktur Utama PT Jamsostek Hotbonar Sinaga mengatakan siap mendukung program pembiayaan perumahan. Namun, diperlukan perubahan regulasi agar Jamsostek bisa lebih leluasa mengelola aset bagi pembiayaan perumahan.

Pihaknya, kata Hotbonar, kini sedang merumuskan perubahan regulasi untuk menyesuaikan peran Jamsostek dalam pembiayaan perumahan. Revisi dilakukan terhadap Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2004 tentang Pengelolaan dan Investasi Dana Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja. ”Kami perlu tahu persis rencana pola pembiayaan dari Kementerian Perumahan Rakyat supaya bisa disesuaikan dengan revisi aturan Jamsostek,” ujar Hotbonar.

Saat ini Jamsostek menawarkan skim pinjaman uang muka rumah untuk masyarakat berpenghasilan di bawah Rp 4,5 juta per bulan dengan jangka waktu 10 tahun dan suku bunga 3-6 persen. ”Kami berharap segera diadakan forum koordinasi antara Jamsostek dan Kementerian Perumahan Rakyat supaya ada sinkronisasi dalam kebijakan pembiayaan perumahan,” ujar Hotbonar.

Jamsostek berencana menerapkan program link deposit mortgage, yakni penyimpanan dana khusus di bank-bank BUMN untuk pembiayaan kredit pemilikan rumah (KPR) sebesar Rp 4 triliun. Dengan program itu, penyaluran dana perumahan diperluas tidak hanya untuk masyarakat menengah ke bawah, tetapi juga masyarakat kelas menengah. Plafon dana KPR direncanakan mencapai Rp 150 juta per debitor.

Adapun suku bunga KPR rencananya dipatok sebesar suku bunga Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) plus 2 persen. Jika saat ini suku bunga LPS sebesar 6,75 persen, suku bunga kredit untuk dana Jamsostek menjadi 8,75 persen, atau di bawah bunga pasar. Penerapan link deposit mortgage kini menunggu persetujuan dari Menteri BUMN.

Direktur Utama PT Bank Tabungan Negara Iqbal Latanro mengaku belum mengetahui secara detail pola baru subsidi perumahan yang ditawarkan pemerintah. Namun, pihaknya siap mendukung pola baru pembiayaan itu jika dimungkinkan. Dicontohkan, jika dana BTN digabung dengan APBN, suku bunga kredit perumahan bisa ditekan ke level 7 persen.

Pertanyaannya kemudian, sejauh mana efektivitas perubahan pola subsidi bagi masyarakat menengah ke bawah? Direktur Eksekutif Indonesia Property Watch Ali Tranghanda berpendapat, pola baru subsidi cenderung mengabaikan kesulitan masyarakat menengah ke bawah dalam membayar uang muka rumah. Padahal, salah satu persyaratan utama dalam pembelian rumah adalah pelunasan uang muka.

Biaya uang muka yang dikenakan kepada konsumen sebesar 20-30 persen dari harga jual rumah. Kesulitan melunasi uang muka rumah mempersulit konsumen dalam mengajukan kredit ke perbankan. Dengan pola subsidi lama berupa bantuan uang muka rumah sebesar Rp 5 juta-Rp 6 juta, konsumen masih kesulitan melunasi uang muka. Beban itu tentu semakin berat jika bantuan uang muka dihentikan.

Kekhawatiran lain muncul seiring rencana pemerintah untuk menghapus patokan harga maksimum rumah bersubsidi. Penghapusan ketentuan harga itu dikhawatirkan mendorong pengembang untuk menjual rumah bersubsidi dengan harga semakin tinggi sehingga sulit terjangkau dan pola baru menjadi sia-sia.

Jika kita menengok ke belakang, kendati pola subsidi lama mematok harga maksimum rumah bersubsidi, nyatanya sebagian rumah susun sederhana milik dijual dengan harga di atas ambang batas. Konsumen dibebani dengan biaya fasilitas gedung, seperti kolam renang, pusat kebugaran, parkir, dan jogging track.

Di beberapa lokasi, harga rumah susun bersubsidi melampaui Rp 200 juta per unit. Memasuki tahun 2010, sejumlah rumah susun bersubsidi bahkan tidak lagi bersedia menjual unit subsidi. Dengan kondisi itu, bisa ditebak, konsumen menengah ke bawah berpenghasilan Rp 4,5 juta per bulan tidak sanggup menjangkau rumah bersubsidi, apalagi jika harganya dilepas ke mekanisme pasar!

Ali mengatakan, karut-marut program perumahan rakyat sudah seharusnya disikapi pemerintah dengan menyiapkan pola subsidi perumahan secara matang. Pola subsidi yang diusung pemerintah harus ditopang oleh komitmen sumber pendanaan secara serius dan kinerja lembaga pengelolaan pembiayaan yang optimal.

Program pembiayaan akan efektif jika mampu mengakomodasi keringanan uang muka rumah, suku bunga kredit yang rendah selama masa angsuran, dan harga patokan rumah yang terjangkau.

Adapun verifikasi kelayakan konsumen oleh perbankan menjadi katup pengendali yang efektif untuk mencegah penyaluran subsidi salah sasaran. Alangkah indahnya jika mimpi jutaan rakyat kecil untuk memiliki rumah layak huni terwujud. Itu bukanlah sekadar mimpi di siang bolong seandainya semua pihak punya komitmen untuk mewujudkannya. (Sumber: KOMPAS Cetak, Kamis, 4 Februari 2010)

LKT
Editor: ksp

http://properti.kompas.com/read/xml/2010/02/04/18030921/Efektivitas.Pola.Baru.Subsidi.Perumahan
Read more ...