Rabu, 10 February 2010, 17:45 WIB
BANTUL--Tantangan dalam menghadapi perdagangan bebas Cina dan ASEAN harus menjadi peluang. Untuk itu harus dilakukan dengan proses penyiapan yang sistemik, di antaranya dengan membangun pasar, pembiayaan yang murah bagi kelompok UMKM (Usaha Menengah Kecil dan Mikro) dan percepatan terhadap infrastruktur.
Selain itu, pemanfaatan produk dalam negeri harus dimaknai dengan pemanfaatan pembiayaan APBD, kata Ketua Badan Pengembangan Perdagangan dan Jasa Keuangan Yogyakarta Robby Kusumaharta pada Republika, usai Seminar Antisipasi IWAPI DIY dalam menghadapi Era "Pasar Bebas" Dampak CAFTA 2010, di Komplek Paramsamya Bantul, Rabu (10/2) .
Menurut Robby, gerakan untuk mencintai dan menggunakan produk nasional di semua lapisan masyarakat. Upaya ini harus menjadi bagian dari proses pendidikan, sehingga menjadi bagian dari jati diri bangsa sebagaimana terjadi di Jepang dan Korea. Untuk itu, IWAPI bisa melakukan pendekatan ke Dinas Pendidikan, sekolah-sekolah untuk memberikan muatan lokal yang menanamkan kepada para siswa sejak dini agar menggunakan produk dalam negeri.
Dia berharap agar IWAPI DIY membuat suatu pernyataan bersama secara resmi yang ditujukan kepada pemerintah dan instansi terkait agar untuk memperkuat daya saing, pemerintah harus menurunkan bunga bank di bawah 10 persen. Karena di Malaysia bunga bank hanya enam persen, di Cina bunga bank hanya empat persen dan bahkan di Singapura bunga bank hanya 2,5 persen.
Lebih lanjut Robby yang juga Penasehat ASMINDO (Asosiasi Mebel Indonesia) mengatakan untuk memperkuat penjualan, IWAPI hendaknya minta subsidi dari pemerintah yang dicadangkan dana promosi ke DPRD DIY.
Red: krisman
Reporter: nri
http://www.republika.co.id/berita/103697/di-sekolah-perlu-ada-muatan-lokal-penggunaan-produk-dalam-negeri
No comments:
Post a Comment