Jumat, 19 Pebruari 2010
* PLTU Dinilai Permalukan Walikota
PALU – Pemadaman listrik bergilir oleh PLN Cabang Palu, dalam dua hari terakhir, semakin menyengsarakan konsumen listrik di Palu dan sekitarnya. Pemadaman dengan pola 1:1 di malam hari serta 6 jam padam dan 6 jam hidup di siang hari ternyata tak berjalan sesuai jadwal. Warga semakin kecewa namun tak bisa berbuat apa-apa.
Sekretaris Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Achrul Udaya mengatakan, pemadaman bergilir yang tak sesuai jadwal telah merugikan masyarakat dan pelaku bisnis. “Akibat pemadaman yang panjang dan tidak pasti-pasti ini, mesin listrik di hotel saya sudah dua kali jebol, dan saya harus menggantinya. Inikan menyebabkan biaya tinggi pada perusahaan saya,” ungkap Pemilik Hotel Sentral ini.
Suaib (56), Warga Kelurahan Baiya Kecamatan Palu Utara mengaku sejumlah alat elektroniknya rusak. “Mulai dari kulkas, setrika, dan televisi saya rusak,” katanya.
Keluhan yang sama diutarakan Erni, Warga Desa Kalukubula, Andi Akmal, Mahasiswa Universitas Tadulako dan Syarifuddin, Warga Jalan Tolambu, Palu Barat. “Untungnya selama sering mati lampu baru satu kali motorku baku senggol di perempatan, kayak mau tabrakan terus kita kalau lewat perempatan,”kata Syarifudin (31) warga Jalan Tolambu, Palu Barat.
Pemadaman bergilir semakin meluas menyusul berkurangnya pasokan listrik dari PLTU Mpanau. Dalam tiga hari terakhir, PLTU hanya mampu memasok 10 MW ke jaringan PLN. Pengurangan ini terjadi akibat stok batubara menipis, sementara pasokan batubara diperkirakan baru tiba besok lusa. Bahkan, bila hingga Sabtu nanti, batubara belum tiba, suplai listrik dari PLTU tinggal 8 MW.
Fakta ini dinilai Rifai, Warga Kelurahan Kawatuna Kecamatan Palu Selatan, mempermalukan Walikota Palu Rusdy Mastura. ‘’Masak setelah diperpanjang masa kontraknya oleh PLN, karena jerih payah Pak Walikota, PLTU kembali bermasalah,’’ kata Rifai, Rabu siang.
Manager Produksi PLTU Mpanau, Djati Nugroho menampik tudingan kalau PLTU ingin mempermalukan walikota. ‘’Sama sekali tidak ada niat mempermalukan Walikota Palu Rusdy Mastura. Kami sebagai pihak yang selalu diperjuangkan eksistensinya oleh Walikota , kondisi ini benar- benar gangguan dari alam,” ujar Djati saat dihubungi tadi malam.
Menurut Djati, turunnya pasokan daya listrik ke konsumen beberapa hari ini murni akibat gangguan cuaca yang menghambat perjalanan tongkang yang membawa batubara ke PLTU. Keterlambatan pasokan batubara itu mengakibatkan PLTU krisis batu bara. Untuk Kamis hingga Sabtu mendatang PLTU terpaksa hanya bisa menyuplai beban ke PLN sebanyak 8 Mega Watt (MW).
Dijelaskan Djati, saat ini stok batu bara yang ada di PLTU MPanau hanya mampu bertahan hingga tanggal 20 Februari 2010 mendatang. JIka sesuai rencana kapal tongkang batu bara belum juga masuk hingga tanggal 20 Februari, dipastikan PLTU Mpanau akan total shutdown. Namun jika dalam kondisi normal pihaknya menyuplai ke PLN sebesar 22 MW.
“Itu bukan kesalahan kami. Karena jauh hari sebelumnya tepatnya 9 dan 10 Februari, kapal tongkang batu bara sudah menuju Palu. Hanya saja karena kondisi alam yang kurang bersahabat sehingga jadi susah begini. Kami mengupayakan malam ini Kamis malam ini kapal tongkang sudah tiba lebih cepat dari jadwal,” harap Djati. (IRMA/SYARIF/BANJIR/NANDAR/NANANG/HAMSING)
http://mediaalkhairaat.com/index.php?option=com_content&task=view&id=6003&Itemid=1
No comments:
Post a Comment